INFO PURWAKARTA - Sebanyak 30 mahasiswa Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung (ITB) akan menimba ilmu tentang desa budaya atau desa wisata di Purwakarta, Jawa Barat. Menurut dosen pembimbing para mahasiswa ITB, Prof Budi Setyarso, program ini diharapkan mengubah pola pikir para mahasiswa dalam menjabarkan visi desa budaya ke dalam bentuk ilmiah.
“Sejauh ini, visi pembangunan desa budaya atau desa wisata baru sebatas hasil gagasan dari Kang Dedi (Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi),” kata Budi, yang merupakan pakar arsitektur, Selasa, 14 Maret 2017. Tantangannya, menurut dia, adalah mampu atau tidaknya para mahasiswa mengadopsinya menjadi sebuah karya ilmiah. Budi menegaskan, implementasi program desa budaya tersebut akan berdampak sangat dahsyat buat perkembangan dan kemajuan pembangunan di perdesaan.
“Sebab, energi perdesaan akan naik. Seiring dengan itu, otomatis energi perkotaan akan mengalami penurunan. Sehingga terjadilah pola pembangunan yang merata dan perputaran keuangan (ekonomi) tidak lagi tersentralistis di perkotaan,” ujar Budi.
Menurut Budi, yang paling menarik dari implementasi desa budaya yang digagas Dedi adalah program anak sekolah beternak, bertani, dan anak membantu orang tuanya setiap Selasa, dua pekan sekali, untuk belajar ilmu aplikatif. “Ini akan menjadi kekuatan program pembangunan desa wisata di Purwakarta," tutur Budi.
Budi mewanti-wanti agar setiap daerah tidak melupakan akar budaya dan tradisinya dalam proses pembangunan apa pun. Sebab, budaya akan menjadi fondasi yang paling kuat dalam mempertahankan eksistensi daerah. Ia merujuk desa-desa wisata yang sudah berjalan di Bali, begitu kuat pengaruhnya terhadap pelestarian budaya tradisional dan peningkatan perekonomian masyarakatnya tanpa kehilangan identitas.
Baca Juga:
Dedi mengapresiasi keinginan ITB melakukan studi ilmiah tentang pembangunan desa budaya atau desa wisata yang akan dilaksanakan mulai 18 hingga 25 Maret tersebut. Program desa budaya atau desa wisata yang digagas Dedi sudah diimplementasikan sejak tiga tahun lalu dengan payung hukum Peraturan Bupati (Perbup) dan sudah banyak membuahkan hasil. “Misalnya soal ketersediaan daging, Purwakarta tak lagi harus mendatangkan dari luar. Sebab, sudah tercukupi oleh hasil ternak domba dan sapi anak-anak sekolah,” ujarnya.
Selain itu, dalam pengelolaan sumber mata air, hutan, sungai, energi matahari, dan sumber lingkungan hidup lainnya, sudah banyak perkembangannya. "Masyarakat mulai tersadarkan bahwa unsur budaya dalam merawat sumber daya alam itu sangat penting karena menyangkut masa depan anak-cucu mereka,” ujar Dedi.
Menurut Dedi, program desa budaya tersebut merupakan upaya serius untuk mengembalikan desa sebagai wilayah adat, yang dalam pengelolaannya kelak diurus oleh kepala adat. Untuk mendukung upaya tersebut, akan dibuat payung hukum yang lebih kuat dan dinamis melalui Peraturan Daerah (Perda) Kemandirian Desa. (*)