TEMPO.CO, Malang - Mogok para sopir angkutan kota dan taksi di Malang yang memprotes beroperasinya angkutan dan ojek berbasis aplikasi online telah masuk hari keempat, Kamis, 9 Maret 2017.
Mengendarai sepeda motor, G.G. Natalia antre di depan kantor PT Telkom, Jalan Basuki Rachmad, Kota Malang. Dia berada di antara ratusan sepeda motor yang berjajar untuk memberi tumpangan kepada para pelajar. Dia tak sendirian, dia juga membonceng anaknya yang berusia empat tahun, Dava.
Baca: Pendapatan Anjlok, Para Sopir Angkot Bandung Tuding Angkutan Online
"Kasihan kalau ditinggal. Pulang sekolah PAUD langsung saya ajak ke sini," katanya, Kamis, 9 Maret 2017. Dengan berkerundung dia rela berpanas-panasan untuk mengantar para pelajar dari sejumlah sekolah di Malang. Para penumpang termasuk pelajar terlantar setelah para pengemudi melakukan aksi mogok.
Natalia bersama dengan ratusan warga lain bergerak turun untuk mengangkut penumpang secara cuma-cuma.
"Ikhlas, kasihan ada anak sekolah harus berjalan sejauh sepuluh kilometer. Tak ada angkutan," katanya. Sejak itu, dia tergerak untuk memberikan tumpangan kepada para pelajar. Dia berkomunikasi dengan sejumlah teman-teman melalui jejaring media sosial dan aplikasi pesan. Natalia meninggalkan aktivitasnya berjualan secara daring di situs jual-beli.
Gerakan dimulai pada Selasa siang, selama dua jam mereka berkumpul dan segera mengangkut para pelajar. Selain Natalia, ada Andy, seorang kakek, yang turut bergabung dengan para relawan. Dia mendaftarkan diri, nama, nomor telepon, dan nomor kendaraan dicatat.
"Saya dulu pengemudi angkutan. Tapi tak boleh aksi berlama-lama seperti ini. Kasihan penumpang," katanya. Andy yang sekarang bekerja sebagai sopir pribadi ini memilih menjadi relawan membantu para penumpang yang terlantar. Sepeda motor yang dikendarainya ditempel kertas bertulis 'Relawan'.
Simak: Protes Angkutan Online, Sebagian Angkot Tangerang Tetap Mogok
Koordinator relawan Hasan Rois mengaku aksi ini spontasitas. Mereka prihatin banyak penumpang yang terlantar. Khususnya pelajar yang terlambat bersekolah dan pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. "Komunikasi lewat media sosial. Terkumpul relawan sepeda motor 700 dan mobil 80," katanya.
Mereka menyiapkan tenaga administrasi, mendata relawan dan mendata calon penumpang. Para relawan berasal dari berbagai komunitas, mereka tergerak dan membantu sesama. Pelajar yang membutuhkan jemputan menghubungi nomor telepon dan media sosial.
"Gerakan ini akan berhenti jika angkutan kota kembali beroperasi," katanya.
EKO WIDIANTO