TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan sudah meminta BPBD untuk melakukan antisipasi dini bencana alam di wilayahnya.
“Saya minta supaya berkoordinasi langsung dengan BPBD kabupaten/kota yang nanti langsung ke camat, lurah, ketika ada retakandi suatu wilayah langsung diberitahukan. Mnta masyarakat mengevakuasi diri. Kalau tidak mau, kemudian sudah sangat membahayakan kelihatan kasat mata, segera di evakuasi, dipaksa dikasih pemahaman,” kata Aher di Bandung, Selasa, 7 Maret 2017.
Baca : Jawa Barat Minta Dana Siap Pakai Siaga Darurat Rp 12 Miliar, Untuk Apa Saja?
Aher,sapaan Ahmad Heryawan mengatakan, belum ada daerah di wilayahnya yang menyatakan dalam situasi tanggap darurat. “Siaga bencana oke, sampai dengan bulan Mei. Mulai September kemarin sampai Mei ini, setelah itu kita akan lihat lagi,” kata dia.
Adapun Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Dicky Saromi menyebutkan, pemerintah provinsi sudah menetapkan status siaga bencana sejak September 2016 lalu hingga 29 Mei 2017 nanti.
“Kita sudah lakukan sejak 2016 lagi pengiriman logistik untuk menjadi buffer-stock tiap daerah, dan itu sudah ada di gudang-gudang mereka,” kata dia, Selasa, 7 Maret 2017.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Stasiun Kelas I Bandung, Tony Agus Wijaya mengatakan, di wilayah Bandung Raya ini musim hujan berlangsung sejak September tahun lalu hingga Mei 2017.
“Dari September tahun lalu hujan meningkat dan mencapai puncak awal di November 2016, kemudian sedikit berkurang dan naik bertahap meningkat lagi dan mencapai puncak tertinggi curah hujan selama setahun di Maret ini,” kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 6 Maret 2017.
Tony mengatakan, bulan Maret ini menjadi puncak curah hujan tertinggi musim hujan di wilayah Bandung Raya. Perkiraan BMKG, mulai April hujan akan mulai berkurang secara bertahap dan berakhir di bulan Mei. “Selanjutnya berganti ke musim kemarau. Kira-kira 2-3 bulan lagi,” kata dia.
Simak juga : Area Banjir di Limapuluh Kota Terisolasi, Logistik Via Helikopter
Menurut Tony, musim hujan ini masih cenderung normal mengikuti pola yang sama dalam 30 tahun terakhir. Tidak ada fenomena global seperti La Nina yang memicu curah hujan ekstrim. “Yang terjadi adalah curah hujan terkumpul di hari-hari dan jam tertentu,” kata dia.
Tony mengatakan, pemicunya adalah perubahan pola angin yang relatif tidak normal. Sebagai ilustrsinya misalnya 3 hari tidak ada hujan sama sekali baru hari ke 4 hujan rata-rata selama tiga hari itu terkumpul, atau seharian cerah tapi hanya 1 jam hujan di sore hari. “Istilah teknisnya, variabilitas curah hujan ini yang sering menjadi kendala yang kita hadapi menyebabkan banjir, dan longsor,” kata dia.
Hujan di wilayah Bandung Raya dalam beberapa minggu terakhir relatif tinggi. “Karena puncak musim hujan, ditambah ada gangguan jangka pendek berupa pertemuan angin di sekitar Bandugn yang menyebabkan potensi hujan meningkat. Kita mengalami dampak nyata berupa pola hujan yang biasanya cenderung terdistribusi, tapi sekarang cenderung terkumpul,” kata Tony.
AHMAD FIKRI