TEMPO.CO, Bandung - Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan konstruksi jalan tol Soreang-Pasirkoja, yang sedianya dijadwalkan tuntas pada April 2017, kemungkinan molor lagi. "Kita berharap April ini selesai, tapi melihat perkembangan cuaca hampir yang tiap hari hujan, agak pesimis karena ini berkaitan dengan pekerjaan timbunan," kata dia di Bandung, Senin, 6 Maret 2017.
Iwa mengatakan, konstruksi jalan tol sepanjang 10,57 kilometer yang tengah dikerjakan berbarengan oleh PT Wijaya Karya dan PT Jabar Konstruksi ini sudah menembus 70 persen. PT Wijaya Karya menggarap pekerjaan konstruksi dari KM0 sampai KM3+300 yang progresnya mencapai 65 persen, sementara sisanya oleh Jabar Konstruksi menembus 70 persen. "Itu per hari ini," kata dia.
Baca juga: Jalan Lintas Riau Amblas, Polisi Siapkan Jalur Alternatif
Menurut Iwa, pembebasan lahan sudah hampir tuntas. Terhitung pada 7 Februari 2017, progresnya sudah menembus 99,65 persen. "Masih ada lima bidang tanah dan sekarang dalam tahap konsinyasi di pengadilan," kata dia.
Iwa mengatakan pekerjaan konstruksi masih bisa berjalan kendati hujan turun. Pekerjaan penimbunan yang masih dikerjakan kini terkendala hujan. "Kalau hujan terus-menerus, penimbunan tidak bisa dilakukan, padahal volumenya cukup besar. Berbahaya apabila pekerjaan timbunan dipaksakan dan umur konstruksinya tidak akan maksimal kalau dipaksakan," kata dia.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas I Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, di wilayah Bandung Raya, musim hujan berlangsung sejak September 2016 hingga Mei 2017. "Dari September tahun lalu, hujan meningkat dan mencapai puncak awal pada November 2016, kemudian sedikit berkurang dan naik bertahap meningkat lagi dan mencapai puncak tertinggi curah hujan selama setahun pada Maret ini," kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 6 Maret 2017.
Tony mengatakan, Maret menjadi puncak curah hujan tertinggi musim hujan di wilayah Bandung Raya. Berdasarkan perkiraan BMKG, mulai April, hujan akan berkurang secara bertahap dan berakhir pada Mei. "Selanjutnya berganti ke musim kemarau. Kira-kira 2-3 bulan lagi," kata dia.
Menurut Tony, musim hujan tahun ini masih cenderung normal mengikuti pola yang sama dalam 30 tahun terakhir. Tidak ada fenomena global seperti La Nina yang memicu curah hujan ekstrem. "Yang terjadi adalah curah hujan terkumpul di hari-hari dan jam tertentu," kata dia.
Pemicunya, kata Tony, adalah perubahan pola angin yang relatif tidak normal. Pola angin yang mempengaruhi hujan membuat pola hujan di wilayah Bandung Raya umumnya terkumpul. Sebagai ilustrasi, misalnya, tiga hari tidak ada hujan sama sekali, kemudian pada hari ke-4, hujan rata-rata selama tiga hari itu terkumpul atau seharian cerah, tapi hanya 1 jam hujan di sore hari. "Istilah teknisnya variabilitas curah hujan ini sering menjadi kendala yang kita hadapi (serta) menyebabkan banjir dan longsor," kata dia.
Jalan tol Soreang-Pasikorja dirancang sepanjang 10,57 kilometer. Biaya investasi pembangunan jalan tol itu Rp 1,51 triliun. Di dalamnya tercatat biaya konstruksi menembus Rp 1,03 triliun. Jalan tol itu awalnya ditargetkan beroperasi pada 2016 dengan masa konsesi 45 tahun. Belakangan, konstruksi jalan tol itu molor karena terkendala pembebasan lahan.
AHMAD FIKRI
Simak: Arsitektur Seragam Khas Yogya, Sultan: Bisa Ganggu Investasi