INFO NASIONAL - Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill atau area yang menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah bukan merupakan alternatif yang sesuai karena tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan.
Saat menjadi pembicara dalam acara Ngobrol @Tempo bertema "Mencari Alternatif Solusi Pengelolaan Sampah Perkotaan" pada Senin, 6 Maret 2017, Djoko Heru Martono, Wakil Ketua Umum Indonesian Solid Waste Association, mengatakan, hingga kini, hampir rata-rata sampah-sampah di perkotaan hanya dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke TPA. Sebanyak 55 persen jumlah sampah adalah sampah organik, plastik 14,31 persen, dan kertas 9 persen.
Baca Juga:
Meski sekarang sudah ada bank sampah, menurut Djoko, itu hanya bisa mengurangi tidak lebih dari 20 persen sampah di TPA, kecuali bank sampah itu bergabung dengan pengkomposan. Saat ini, total TPA sudah mencapai 332 dan itu mengokupasi 8000 hektare lahan. Kalau sudah dipakai untuk pembuangan sampah, ujar Djoko, kemungkinan selama 15 tahun lahan itu tidak bisa dipakai lagi, kecuali untuk jalan dan penghijauan.
Dalam paparan mengenai pengelolaan sampah di kota yang dipimpinnya, Wali Kota Makassar Mohammad Ramadhan "Danny" Pomanto, yang juga menjadi pembicara dalam acara Ngobrol @Tempo, mengatakan pentingnya keterlibatan masyarakat. "Dulu, kita didiagnosis bahwa TPA kita sudah tidak mampu lagi menampung sampah. Kita harus siapkan lahan sekitar minimal 10 hektare lagi. Itu pun hanya untuk persiapan 5-10 tahun," tuturnya.
Namun, dengan mengelola sampah dari hulu hingga ke hilir dan tuntas, permasalahan sampah di kotanya bisa teratasi dengan baik. "Setelah dirediagnosis, di TPA kita ternyata masih mampu menampung sampah jika bisa diproses dan dikelola dengan baik serta melibatkan masyarakat," katanya.
Baca Juga:
Per hari ini, sampah Kota Makassar sekitar 1200 ton per hari sampai ke TPA, sedangkan yang tidak sampai sekitar 150-200 ton, serta 100-150 ton di antaranya melewati bank sampah dan nonbank sampah. Kota Makassar sudah memiliki 665 bank sampah yang terdiri atas bank sampah unit (BSU), bank sampah sektoral, dan bank sampah pusat. "Khusus sampah plastik, bank sampah kita sudah kelola sekitar 20 ton. Komposisi sampah kita 68 persen organik, 25 persen plastik, dan 7 persen lainnya," tuturnya.
Dia menargetkan menjadikan bank sampah sebagai ujung tombak pemilahan di sumbernya. "Target saya adalah 1.000 (bank sampah)," ucapnya.
Untuk membuat gerakan masif pengelolaan sampah, Danny juga melibatkan RT dan RW. Salah satu dipersiapkan adalah mengadakan kursus mengenai bank sampah. "Saya juga bagikan motor sampah ke mereka. Agar bank sampah itu mendapatkan sampah yang sudah terpilah dari rumah, kami juga sudah punya sistem pengantongan sampah. Kita mengintervensi langsung ke rumah-rumah dan membagi-bagikan dua juta kantong sampah," ujarnya.
Bahkan, kata Danny, untuk masyarakat tidak mampu, sampah mereka bisa ditukar dengan beras, galon air, gas, kebutuhan rumah tangga, bimbingan belajar, hingga emas. "Kalau ini berjalan, saya berharap di TPA tidak ada lagi sampah plastik. Apalagi yang organik, kita sudah olah menjadi biodigester," kata dia.
Dwi Retnastuti dari Koalisi Nasional Tolak Bakar Sampah juga menginginkan agar persoalan sampah ini betul-betul dikelola dari hulu ke hilir. "Ini untuk mencegah agar sampah itu tidak hanya melalui satu proyek besar, kemudian selesai. Kami ingin ini dilakukan semua dari hulu ke hilir dan melibatkan masyarakat," ujar Dwi.
Dia juga menyampaikan pentingnya transformasi dari sentralisasi menjadi desentralisasi sehingga tidak terjadi penumpukan sampah di satu tempat saja (TPA), tapi dari masing-masing sumber sampah sudah bisa dikelola. "Perubahan paradigma ini penting, bagaimana pengurangan sampah harus dilakukan di sumber. Kita akan mencoba menjadikan pencegahan itu paling besar. Jadi bukan lagi akhirnya di TPA," ucapnya.
Dwi melanjutkan, tidak mungkin pengolahan sampah bisa berhasil tanpa ada peran serta masyarakat. "Jadi, seandainya semua masyarakat mau melakukan ini, saya yakin sampah tidak akan menjadi persoalan, tapi sahabat bagi kita semua," ujarnya.
Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan R. Sudirman yang hadir dalam acara ini merasa senang karena sekarang semakin banyak pihak yang bergerak dalam pengelolaan sampah. Namun, menurut dia, dari sisi pengelolaan sampah, belum ada satu pendekatan yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah secara keseluruhan. "Jadi tidak bisa kalau hanya kita mikirin sampah dengan teknologi kalau dari hulunya tidak dipikirkan. Itu akan sulit kita selesaikan," tuturnya. (*)