TEMPO.CO, Surabaya – Kota Surabaya punya cara memperhatikan anak-anak yang bermasalah secara sosial. elalui pembinaan pendidikan formal dan informal. Mereka dididik dan difasilitasi di sebuah kampung bernama Kampung Anak Negeri. Di sini, anak-anak putus sekolah, anak terlantar dan anak jalanan dibina dalam hal pendidikan formal dan pengembangan bakat dan minat hingga mampu menorehkan prestasi.
UPTD Ponsos Kampung Anak Negeri merupakan gabungan dari UPTD Kalijudan yang dihuni anak jalanan, keluarga tidak mampu, berlatar belakang keluarga broken home serta anak-anak yang mengalami putus sekolah. “Namun kebanyakan anak putus sekolah,” kata Kepala UPTD Pondok Sosial Kalijudan dan Kampung Anak Negeri, Erni Lutfia, dalam siaran pers yang diterima Tempo, Jumat, 3 Maret 2017.
Baca juga: Kisah Mantan Teroris Sempat Berganti Profesi, Kini Kecukupan
Banyaknya anak putus sekolah di asrama tersebut, mendorong Erna, tim pengajar, dan pendamping berkoordinasi dengan tim psikologi untuk melihat sejauh mana anak-anak tersebut siap untuk kembali bersekolah. Jika jangka waktu putus sekolah yang dialami terhitung pendek, mereka akan disuruh kembali bersekolah. Namun jika sudah terlalu lama, maka anak-anak tersebut akan diberi pembinaan edukasi setiap Senin-Jumat, mulai pukul 8 pagi sampai 11 siang.
Hingga kini dari 35 anak yang tinggal di UPTD Kampung Anak Negeri, terdapat 13 anak yang mau kembali menempuh jenjang pendidikan formal. “Empat orang di antaranya merupakan anak-anak inklusi,” tutur dia.
Selain pendidikan formal, tim pengajar dan pendamping turut menyisipkan beberapa kegiatan rutin dalam upaya mengembangkan bakat dan minat. Misalnya olahraga dan seni, meliputi seni musik, seni lukis, atletik, balap sepeda, dan tinju.
Baca: Pindah Rumah Dinas, Deddy Mizwar Punya 'Ritual' Jumat
Upaya pendampingan bakat dan minat pada ranah olahraga pun berbuah manis. Mereka mampu menorehkan prestasi yang sangat membanggakan bagi kota Surabaya. Contohnya, Syafi’i (16) dari cabang tinju bobot 55 Kg yang keluar sebagai juara 1 tingkat Jatim tahun 2016. Kemudian Hendra (17) dari cabang balap sepeda yang keluar sebagai juara 2 tingkat nasional pada tahun 2015 dan terakhir Rajes (17) dari cabang pencak silat keluar sebagai juara 1 kelas bebas pada 2017.
Sementara itu, Kampung Anak Negeri juga mendorong anak-anak itu berwirausaha dengan menampilkan produk-produk buah karya mereka. Salah satunya ialah gelang dan pin.
Salah satu pengajar wirausaha UPTD Ponsos Kampung Anak Negeri, Hendik menuturkan, mereka diajarkan seluk beluk wirausaha mulai bagaimana membeli bahan di pasar, proses membuat, pemasaran, sampai cara menjual ke konsumen. “Biar anak-anak itu belajar dari proses, karena selama ini mereka selalu menerima sesuatu dengan cara instan,” ujarnya.
Simak: Berita Hoax Ini Nyaris Bikin Orang Tak Salah Tewas Dipukuli
Agar mental wirausahanya terasah, uang hasil penjualan tak langsung diberikan. Hasil penjualan gelang dan pin di taman setiap Sabtu dan Minggu, wajib disimpan. “Nanti uang yang mereka dapat akan dimasukkan ke kas Kampung Anak Negeri untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,” tutur dia.
ARTIKA RACHMI FARMITA