TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Al Chaidar, menilai pidato Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud meneguhkan komitmen negaranya untuk menanggulangi serangan kelompok terorisme. Ia menjelaskan kerja sama kedua negara urgen terkait dengan serangan teror yang pernah menimpa negera kaya minyak itu.
"Ini kembali meneguhkan komitmen Arab yang pernah tiga kali diserang kelompok teroris," kata Al Chaidar saat dihubungi di Jakarta, Jumat, 3 Maret 2017. Kelompok Islamic State Iraq and Syria (ISIS) dan kelompok Al-Qaeda, kata Chaidar, adalah kelompok yang gencar merencanakan serangan teror di Saudi.
Baca:
Lawatan Raja Salman, RI dan Arab Angkat Citra Islam Moderat
Polisi Bentuk Tim Pemberantasan Terorisme Indonesia-Arab
Menurut dia, urgensi itu meningkat karena Indonesia adalah tempat subur untuk pertumbuhan terorisme yang kini mengandalkan serangan proxy yang mengandalkan wakilnya di sebuah negara. "Seperti serangan teroris di Madinah yang menggunakan orang dari Bangladesh dan India," kata Chaidar. Pidato Raja Salman, ujar Chaidar, menunjukkan perhatiannya agar Indonesia tidak terkena pengaruh terorisme.
Dalam pidato di Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis lalu, Raja Salman menyerukan kepada umat Islam dan dunia pada umumnya untuk merapatkan barisan dalam memerangi terorisme. Raja Salman meminta adanya koordinasi dalam melakukan berbagai upaya yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan bersama.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto mengatakan kunjungan Raja Salman ke Indonesia memiliki arti penting bagi hubungan kedua negara. Menurut dia, saat ini Indonesia dan Arab Saudi punya pandangan yang sama bahwa terorisme dan radikalisme sebagai suatu ancaman kedamaian di dunia.
ARKHELAUS MMMMMMMXI