TEMPO.CO, Denpasar - Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana menilai, kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia, khususnya Bali bisa lebih memantapkan toleransi dan kerukunan kehidupan lintas agama.
Gusti Ngurah Sudiana memuji Raja Salman sebagai figur yang bijaksana dan toleransi. "Selain mengunjungi masjid juga diharapkan mengunjungi Pura Besakih," kata Ketua PHDI Provinsi Bali Prof Ngurah Sudiana di Denpasar, Sabtu 4 Maret 2017.
Baca: Lawatan Raja Salman, RI dan Arab Angkat Citra Islam Moderat
Ia mengatakan, Indonesia, khususnya warga Bali sangat bersyukur atas kunjungan Raja Salman bersama sekitar 1.500 orang anggota rombongan. Kunjungan wisata di Bali akan berlangsung selama lima hari, 4-9 Maret 2017 setelah melakukan lawatan kenegaraan.
Ngurah Sudiana menilai, kunjungan rombongan Raja Arab ke Pura Besakih itu mencerminkan hal yang sangat baik dalam mewujudkan kebhinekaan bagi Indonesia, sekaligus memantapkan kedamaian, kenyamanan dan kerukunan umat lintas agama. "Diharapkan memberikan hikmah tersendiri yakni masyarakat di negara Timur Tengah berbondong-bondong berwisata ke Bali," ujar Ngurah Sudiana.
Ia juga menyambut baik, Bali mendapat kesempatan mementaskan tari pendet dalam acara menyambut kedatangan Raja Arab saat menginjakkan kakinya di Bandara Ngurah Rai. Menurutnya, secara tidak langsung dapat menunjukkan identitas Bali dengan harapan hubungan dan kerja sama antara Arab Saudi dengan Indonesia, khususnya Bali semakin baik di masa-masa mendatang.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha dalam kesempatan terpisah sebelumnya mengatakan, pihaknya sudah mendapat kepastian bahwa Tari Pendet telah disetujui untuk dipentaskan menyambut kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud.
Baca: Disambut Meriah, Raja Salman Sebut Indonesia Rumah Kedua
Tari Pendet untuk penyambutan kedatangan Raja Arab Saudi di Bandara Ngurah Rai, Bali, pada Sabtu 4 Maret 2017 petang, akan dibawakan oleh 50 penari cilik dari Sanggar Tari Sawitri yang merupakan binaan Dinas Kebudayan Provinsi Bali. Tarian tersebut jika dilihat asal usul penciptaannya memang dibuat untuk penyambutan tamu agung.
Apalagi, kata Dewa Putu Beratha, tarian itu untuk menyambut kedatangan seorang raja, yang sekaligus menjadi momentum bagi Bali untuk mempromosikan adat dan budaya setempat, untuk mendukung perkembangan kepariwisataan.
"Budaya yang ditampilkan betul-betul budaya asli Bali, yang tidak diubah sesuai permintaan apapun. Karena yang dipromosikan adalah seni budaya Bali, pariwisata Bali adalah pariwisata budaya," ujar Dewa Putu Beratha.
ANTARA