INFO JABAR - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat merilis nilai ekspor Jawa Barat mencapai US$ 2,30 miliar pada Januari 2017, atau naik dibanding Desember 2016 sebesar US$ 2,29 miliar. Kenaikan utama terjadi pada volume ekspor migas sebesar 199,89 persen dan volume ekspor nonmigas naik 4,38 persen.
Volume ekspor Jawa Barat pada Januari 2017 sebesar 0,67 juta ton atau naik 15,50 persen dibanding Desember 2016 sebesar 0,58 juta ton. Secara keseluruhan, kenaikan terjadi pada ekspor migas yang mencapai US$ 35,08 juta atau naik sebesar 199,87 persen dibanding Desember 2016 sebesar US$ 11,70 juta. Sementara itu, ekspor nonmigas turun 0,96 persen dari US$ 2,28 miliar pada Desember 2016 menjadi US$ 2,26 miliar pada Januari 2017.
Pada rentang Januari 2016 terhadap Januari 2017, nilai ekspor nonmigas mencapai titik terendahnya pada Juli 2016, yakni senilai US$ 1,52 miliar, sedangkan ekspor tertinggi tercatat pada Juni 2016 sebesar US$ 2,43 miliar. Adapun nilai ekspor migas terendah terjadi pada November 2016 sebesar US$ 10,53 juta dan tertinggi pada Maret 2016 sebesar US$ 72,47 juta.
Pangsa pasar terbesar ekspor nonmigas Jawa Barat adalah Amerika Serikat senilai US$ 440,19 juta, disusul Jepang US$ 230,95 juta dan Thailand US$ 172,89 juta. Ketiga negara tersebut pun memiliki peran sebesar 37,33 persen terhadap nilai ekspor di Jawa Barat. “Kami bersyukur bahwa tren bagus sektor ekonomi ini terus terjadi di Jawa Barat. Apalagi ekspor ini menunjukkan tingkat kepercayaan global pada produk migas dan nonmigas di Jawa Barat,” kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, di Bandung, Jumat, 3 Maret 2017.
Menurut dia, dengan situasi tersebut, momentum kenaikan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) tertinggi se-nasional tahun lalu terus dijaga dengan performa baik, khususnya dalam pertumbuhan volume dan nilai ekspor pada awal tahun ini. “Kami akan mempertahankan bahkan menumbuhkan sisi ekspor. Semoga performa gemilang ini bisa terus terjadi dalam beberapa bulan ke depan,” ucap Aher.
Aher optimistis jika Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Majalengka dan Pelabuhan Petimban di Subang sudah rampung, daya saing untuk aktivitas ekspor akan makin kuat, karena bisa efektif menurunkan bea logistik. “Setelah BIJB dioperasikan pada 2018, kegiatan ekspor-impor tak bergantung lagi pada bandara di daerah lain. Dari sisi lokasi, Kertajati dekat dengan sentra eksportir di Jawa Barat,” katanya. (*)