TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi menuturkan ada tiga poin penting yang bisa disepakati dari kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia. “Mengembangkan Islam moderat, melawan radikalisme dan terorisme, serta kerja sama kedua kawasan,” kata Zainut dalam keterangan tertulis, Jumat, 3 Maret 2017.
Baca: Raja Salman Serukan Perangi Terorisme dan Benturan Peradaban
Zainut mengatakan Indonesia dan Arab Saudi memiliki komitmen yang sama untuk mengembangkan Islam moderat (wasathiyah), yaitu Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan keseimbangan. Islam yang bersumber dari Al Quran dan Sunnah. Ia menegaskan Islam moderat bukanlah Islam yang ekstrem, baik kanan maupun kiri.
Zainut menilai Islam yang diusung dua negara tersebut bukanlah yang melampaui batas. Bukan pula Islam yang radikal dan menjurus ke tindakan terorisme. Dia mengharapkan kunjungan Raja Salman dapat menekan kelompok-kelompok radikal dan terorisme sehingga gerakan mereka dapat ditangkal serta daya rusaknya tidak meluas.
Baca juga:
Begini Kekaguman Raja Salman terhadap Sejarah Istiqlal
Lihat Cara Pembuatan Kiswah di Negeri Raja Salman
Lebih dari itu, Zainut ingin kunjungan Raja Salman dapat meletakkan dasar-dasar toleransi dan persaudaraan antarumat Islam. Khususnya dalam pengamalan ajaran agama yang kerap terusik karena perbedaan pandangan dan ijtihad masalah cabang dalam ajaran agama (furu'iyah). Dengan peletakan dasar toleransi tersebut akan terbangun saling menghormati dan menolong dalam hal yang sudah disepakati serta saling menenggang dalam hal yang berbeda.
Menurut Zainut, komitmen Raja Salman melawan dan memerangi radikalisme serta terorisme patut diapresiasi. Pemerintah Indonesia harus menangkap peluang tersebut untuk menindaklanjuti melalui langkah-langkah strategis dalam bentuk kerja sama di bidang pendidikan, dakwah, dan propaganda secara massif. Yaitu untuk mengembangkan Islam moderat, damai, dan rahmatan lil alamin.
Zainut menilai sebagian besar umat Islam Indonesia menganut ajaran Islam moderat. Menurut dia, kelompok yang mengusung paham radikal jumlahnya tidak banyak. Paham radikal yang menjadi akar terorisme tersebut dinilai merupakan gerakan transnasional yang tidak hanya berkembang di Indonesia, tapi juga di banyak negara.
Baca juga:
Raja Salman Rupanya Gemar Media Sosial! Ini Faktanya
Putri Raja Arab Sewa 41 Kamar Hotel di Paris Selama 5 Bulan
Zainut mengatakan radikalisme atau terorisme muncul bukan semata karena bersumber dari paham keagamaan, tapi juga bisa disebabkan faktor ekonomi, ketidakadilan, dan perlakuan diskriminatif penguasa terhadap kelompok masyarakat tertentu. Itu akan menimbulkan bentuk perlawanan dan pembangkangan. “Untuk hal tersebut, komitmen Raja Salman memerangi radikalisme dan terorisme patut diapresiasi,” kata dia.
Zainut menambahkan, Arab Saudi merupakan negara yang memiliki pengaruh cukup besar, baik di kawasan Timur Tengah maupun di dunia internasional. Posisi tersebut, kata dia, dapat dimanfaatkan pemerintah untuk menguatkan posisi Indonesia sebagai negara yang penduduknya beragama Islam terbesar di dunia. Yaitu guna menekan dunia internasional atas kemerdekaan negara Palestina. Lebih dari itu, kerja sama bilateral antara Arab Saudi dan Indonesia akan menentukan stabilitas keamanan di kedua kawasan.
DANANG FIRMANTO