TEMPO.CO, Semarang - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menyatakan sejumlah daerah di sepanjang aliran Bengawan Solo darurat bencana. Sejumlah kabupaten di kawasan itu kebanjiran dan mengakibatkan penduduk mengungsi. Beberapa upaya dilakukan untuk menghindari korban jiwa.
“Hari ini Bengawan Solo meluap, warga Karanganyar dan Sukoharjo mengungsi,” kata Kepala Badan Pelaksana Harian BPBD Jawa Tengah Sarwa Permana, Kamis, 2 Maret 2017. Jalan dan lahan di Sragen tergenang, sedangkan Blora siap-siap kebanjiran.
Baca:
Bus Kini Boleh Lintasi Jembatan Cisomang Jalan Tol ...
Jembatan Cinta Nusa Penida Selesai Dibangun
BPBD Jawa Tengah juga menyebut terdapat daerah lain yang dinyatakan darurat bencana, di antaranya Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal. Bencana longsor dan banjir mengakibatkan tiga rumah hanyut dan merusak sembilan rumah lainnya. “Mau relokasi mandiri, pemerintah provinsi berkewajiban membantu Rp 15 juta,” ujar Sarwa.
Hingga hari ini, 300 orang lebih mengungsi. Banjir bandang disertai longsor membuat masyarakat yang menyaksikan mengalami trauma dan ikut mengungsi. Hal itu menunjukkan sensitivitas masyarakat di kawasan bencana terbangun dan lebih baik untuk menghindari korban jiwa.
Baca juga:
Pesawat Latih TNI AU Tergelincir di Solo
Jokowi Ajak Raja Salman Keliling Istana dengan Mobil Golf
Cegah Doktrinasi Empat Napi Lapas Nusakambangan Dirotasi
Sarwa meminta Badan Vulkanologi di Bandung menganalisis apakah tanah di kawasan itu masih akan bergeser lagi atau longsor untuk mengantisipasi pemindahan.
Sementara itu, Badan Search and Rescue (SAR), Kantor Semarang, menyatakan banjir bandang di Kendal kawasan atas mengancam warga Desa Dusun Slento, Desa Kaliputih, Kecamatan Singorojo. Jembatan di sana putus akibat derasnya arus Sungai Kaliputih sebagai hulu Kali Bodri. “Putus saat hujan deras yang mengguyur daerah itu dari pukul 11.30 sampai 17.45,” kata juru bicara Badan SAR Kantor Semarang, Zulhawari Agus Setianto.
Dua jembatan darurat yang terbuat dari kayu dan pohon kelapa kembali hanyut. “Ini yang keempat kali.” Jembatan itu pernah putus pada Maret dan April 2016, serta Januari 2017. Jembatan sepanjang lebih-kurang 30 meter dan lebar 2,5 meter yang putus itu mengganggu aktivitas warga dari Desa Kaliputih menuju Slento ataupun sebaliknya.
EDI FAISOL