TEMPO.CO, Kediri - Jembatan yang melintang di atas Sungai Brantas tempat lalu lalang penduduk Kediri roboh. Ambruknya jembatan ini adalah kedua kali setelah jembatan penghubung Kediri – Tulungagung ambles dua hari lalu.
Jembatan sepanjang 150 meter dengan lebar 3 meter yang menghubungkan wilayah Desa Jabon, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri dengan Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri ini patah tepat di bagian tengah, Rabu 1 Maret 2017, malam. “Tidak ada korban jiwa dalam ambruknya jembatan ini,” kata Suparman, 60 tahun, penjual soto di Desa Jabon, saksi mata peristiwa itu, Kamis 2 Maret 2017.
Baca:
Bus Kini Boleh Lintasi Jembatan Cisomang Jalan Tol ...
Jembatan Cinta Nusa Penida Selesai Dibangun
Menurut Suparman, malam itu ia sedang berjualan soto di dekat jembatan seperti biasanya. Sekitar pukul 23.30, dia mendengar suara gemeretak dan bergemuruh dari arah jembatan. Ketika dilihat, sekitar 75 meter bagian jembatan telah rubuh ke dasar Sungai Brantas. Malam itu debit air Sungai Brantas cukup besar akibat hujan di puncak Gunung Wilis.
Melihat hal itu, Suparman bergegas mencegat para pengguna jalan yang hendak melintasi jembatan. Ketua RT setempat memberitahukannya kepada warga dan aparat kepolisian. Mereka langsung memasang barikade kayu dan garis polisi di masing-masing ujung jembatan. Warga secara bergantian berjaga di sekitar lokasi untuk memantau kemungkinan bencana lain akibat terjangan air Sungai Brantas.
Baca juga:
Ingin Bertemu Raja Salman, Rizieq Akan Hadir di Gedung DPR
Raja Salman Tanya Cucu Bung Karno, Puan Dipanggil Dua Kali
Menurut warga, jembatan itu milik Pabrik Gula Meritjan yang bernaung di bawah Perseoran Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) X. Meski dibangun dengan dana perusahaan sebagai akses transportasi tebu dan gula, namun infrastruktur itu akhirnya diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Kediri.
Pihak PG Meritjan sebenarnya sempat menutup jembatan itu karena kondisinya yang mengkhawatirkan. Ini lantaran tidak adanya upaya perawatan yang memadai oleh Pemerintah Kabupaten Kediri. Upaya penutupan itu sempat menuai unjuk rasa warga yang bergantung pada jembatan itu sebagai akses pintas menyeberang Sungai Brantas. Akibatnya pihak PG Meritjan membuka kembali jembatan itu dengan catatan tidak ada tuntutan apapun kepada pabrik jika sewaktu-waktu ambruk dan menimbulkan kerugian materi maupun jiwa dari pengguna.
Namun baru tiga bulan akses jembatan itu dibuka kembali, titian besi itu patah. Beruntung tidak ada warga yang melintas saat musibah itu terjadi. Sebab biasanya banyak kendaraan roda dua maupun pejalan kaki yang melintasinya.
Belum ada pernyataan dari Pemerintah Kabupaten Kediri atas ambruknya jembatan itu. Sebelumnya perhatian Pemerintahan Bupati Haryanti Sutrisno ini masih tertuju pada ambruknya jembatan Ngadi yang merupakan satu-satunya akses alternatif dari Kediri menuju Tulungagung. Jembatan itu ambruk lantaran tak kuat menahan debit air sungai yang membesar sejak satu pekan terakhir. “Kami akan konsultasikan dulu kepada provinsi,” kata Waki Bupati Kediri Masykuri Iksan.
HARI TRI WASONO