TEMPO.CO, Purwakarta - Agus Marshal, mantan pimpinan "kwartet" teroris jaringan Cikampek, mengaku kenal dengan Yayat Cahdiyat, terduga pelaku teror bom panci di Taman Pandawa, Kelurahan Arjuna, Kota Bandung.
"Dia dulunya teman satu pengajian di majelis taklim Marshal Cikampek," kata Marshal, kepada para pewarta, di Purwakarta, Senin, 27 Pebruari 2017. "Tetapi, saya tidak tahu alamat pastinya."
Baca juga: Ini Kata Tetangga Soal Pemilik Motor Pelaku Bom Bandung
Agus sendiri, kini, tinggal di Desa Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta. Setelah keluar dari penjara akibat terlibat aksi perampokan bersama Yayat Cahdiyat, Bebas Iriana, dan Enjang Somantri, selama empat tahun Agus memutuskan untuk membuka usaha ternak.
Agus mengatakan sempat mengikuti latihan paramiliter yang diadakan jaringan teroris di Janto, Aceh, bersama Yayat, Bebas, dan Enjang. Mereka sempat ditahan tapi kemudian dibebaskan lagi.
Di sela kesibukannya, Agus penah beberapa kali mengikuti program deradikalisasi yang diadakan Sekolah Idiologi yang digagas oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.
Dedi membenarkan ihwal keterlibatan Agus dalam kegiatan Sekolah Idiologi yang digagasnya tersebut. "Itu kami lakukan semata-mata tanggung jawab sebagai kepala daerah," ujar Dedi.
Dengan aktif dalam program deradikalisasi, jelas Dedi, Agus tak lagi malakukan aksi-aksi terorisme yang merugikannya sendiri dan masyarakat banyak itu. "Dan, Agus menjadi paham soal kebangsaan dan nilai-nilai luhur Pancasila," tuturnya.
Baca pula: Bom Bandung, Densus Geledah Rumah Kontrakan Yayat di Cianjur
Menurut Dedi, problem mendasar para teroris setelah keluar dari penjara yakni kehilangan kehidupan. "Makanya, ketika Agus baru keluar penjara, kami beri bantuan modal usaha ternak dan biaya sehari-hari keluarganya. Sehingga dia bisa hidup tenang dan tidak melakukan aksi teror lagi," ungkap Dedi.
Seandainya saja Yayat juga mengikuti jejak Agus dan tidak pindah alamat ke Bandung, imbuh Dedi, "Saya yakin, tidak akan ada ceritera teror bom banci di Taman Pandawa, Bandung itu."
Yayat akhirnya harus meregang nyawa setelah melakukan aksi teror bom panci dan kemudian terlibat aksi baku tembak dengan Tim Densus 88 di kantor Kelurahan Arjuna, Kecamatan Coblong,
NANANG SUTISNA