TEMPO.CO, Depok - Pengamat teroris Universitas Indonesia, Al Chaidar, meyakini pelaku teror bom panci di Taman Pandawa, Cicendo, Bandung, Jawa Barat, merupakan anggota jaringan teroris Bahrun Naim dengan sel Mujahidin Indonesia Barat.
"Teror bom panci Bandung, dampaknya tidak besar seperti teror yang dilancarkan jaringan Bahrun Naim. Saya yakin pelaku teror tersebut jaringan mereka," kata Al Chaidar, Senin, 27 Februari 2017.
Baca: Bom Bandung, Densus Geledah Rumah Kontrakan Yayat di Cianjur
Menurut Chaidar, pemerintah mesti waspada melihat aksi teror tersebut. Teror bom panci di Cicendo, Bandung itu menunjukkan bahwa kelompok radikal dan fundamentalis Islam di Indonesia masih aktif. "Mereka masih ingin membuat kekhalifahan di Indonesia," ujarnya.
Aksi teror di Bandung itu, dia menganalisa, juga didukung teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Hal tersebut dapat dilihat dari struktur tindakan teror yang mereka lakukan. "ISIS sudah lama berjuang, dan menemukan struktur gerakannya di Indonesia," ucapnya.
Bentuk teror yang dilakukan sel ISIS jauh berbeda dengan Al Kaidah pimpinan Osama bin Laden. Teror yang dilakukan Al Kaidah berdampak cukup besar. Sedangkan, ISIS hanya serangan kecil yang membuat keresahan dan teror di masyarakat.
Baca: Ada Bom Bandung, Dubes Arab Yakin Kunjungan Raja Salman Aman
Al Kaidah, kata dia, telah lama menghentikan serangan mereka yang bersifat intimidatif. Namun, keberadaan mereka telah digantikan oleh ISIS, yang mempunyai agenda cukup banyak untuk melakukan aksis teror di Indonesia. "Ke depan masih cukup banyak agenda mereka, yang perlu diwaspadai," kata Chaidar.
Meski begitu, ia memprediksi jaringan teroris tersebut tidak akan lama bertahan di Indonesia. Alasannya, ada perubahan paradigma umat Islam di seluruh dunia yang ingin meninggalkan cara-cara kekerasan dan intimidasi.
"Agenda mereka hanya bisa bertahan sampai tahun 2020. Sebab, akan ada perumusan strategi umat Islam dunia," ujarnya.
IMAM HAMDI