TEMPO.CO, Padang - Kepala Perpustakaan Nasional M Syarif Bando membantah pandangan yang menyebutkan budaya baca di Indonesia rendah sebagaimana hasil penelitian yang menyatakan nomor dua terendah dari 61 negara di dunia. "Sebenarnya bukan minat baca yang rendah, tapi buku yang mau dibaca amat kurang," kata dia di Padang, Jumat, 24 Februari 2017.
Ia menyampaikan hal itu pada pembukaan Pameran Minang Book Fair 2017 yang diselenggarakan Pemerintah Provisn Sumatera Barat. Pameran tersebut diikuti sekitar 70 penerbit di Masjid Raya Sumatera Barat yang dihadiri Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab dan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.
Berita lain: RUU TKI, DPR Minta Pemerintah Ambil Alih Peran Swasta
Menurut Syarif, saat ini terjadi kesenjangan distribusi buku antar wilayah sehingga masyarakat yang jauh dari pusat kota sulit mengakses buku. Sebanya k74 persen perpustakaan yang ada saat ini masih berada di Pulau Jawa, sementara yang di luar Jawa masih sedikit.
Terkait dengan maraknya penggunaan telepon pintar ia melihat hal ini merupakan peluang untuk menerbitkan buku dalam bentuk digital. Namun masalahnya adalah konten tentang ilmu pengetahuan masih sedikit sehingga akhirnya telepon pintar lebih banyak digunakan untuk membuka media sosial dan bermain game.
Pada kesempatan itu Syarif juga mengajak perguruan tinggi berperan mencetak buku baru. "Perguruan tinggi jangan hanya menghasilkan sarjana tapi juga harus mencetak penulis yang menghasilkan ilmu pengetahuan dalam bentuk buku yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat," katanya.
Jadi seluruh institusi pendidikan harus menciptakan individu yang meyakini kalau ada masalah maka solusinya ada di buku.
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menyebutkan saat ini pihaknya sedang merancang Undang-Undang Sistem Perbukuan yang ditargetkan rampung pada tahun ini. Ia mengusulkan untuk meningkatkan minat baca pelajar di Indonesia diwajibkan membaca buku kemudian menulis resumenya.
ANTARA