TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius,Jumat 24 Februari 2017,meresmikan mesjid dan ruang belajar di Komplek Pondok Pesantren Al-Hidayah di Deli Serdang,Sumatera Utara. Pembangunannya diinisiasi Ustad Khoirul Ghazali,mantan narapidana terorisme dalam kasus perampokan Bank CIMB Niaga di Medan,Agustus 2010 silam.
Suhardi mengatakan,negara berkomitmen memberantas aksi teror dan mencegah paham radikal. "Negara berkomitmen hadir untuk menanggulangi terorisme serta mencegah paham radikalisme tumbuh dan berkembang di Indonesia," kata Suhardi. Salah satu cara BNPT mencegah teror dan paham radikal, adalah dengan membangun ruang belajar dan mesjid seperti yang dilakukan Ustad Khoirul Ghazali,
"Saya ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang terlibat dalam pembangunan ruang belajar dan mesjid ini," kata Suhardi dalam sambutannya. Ia melanjutkan, anak-anak harus diberi pendidikan yang baik agar terhindar dari paham dan aksi terorisme.
Baca : Yenny Wahid: 11 Juta Warga Siap Lakukan Tindakan Radikal
Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi mengatakan,provinsi yang ia pimpin memiliki pola pencegahan dan penanganan terorisme."Beberapa waktu lalu ada gereja Katolik yang mengalami aksi teror.Saya ajak forum komunikasi pimpinan daerah bergerak cepat agar aksi teror seperti itu tidak terjadi lagi di Sumut."kata Erry.
Kepala Kepolisian Daerah Sumut Irjen Rycko Amelza Dahniel berharap masjid dan perpustakaan atau ruang belajar yang baru saja dibangun agar terus dirawat. Dia berharap, pengurus masjid tersebut terus bekerja sama dengan pemerintah. "Termasuk kerjasama dengan kepolisian maupun TNI."kata Rycko.
Simak : Wahid Foundation: Lebih 60 Persen Aktivis Rohis Siap Jihad
Ustad Khoirul Ghazali mengatakan, pesantren yang ia bangun bisa menjadi role model penanganan paham radikalisme."Di dalam komplek Pesantren Al-Hidayah ini akan dibangun pusat perbengkelan,ruang belajar,mesjid dan berbagai fasilitas lainnya.
Saat ini baru dibangun dua ruang belajar atau kelas untuk 20 siswa anak para mantan pelaku teror penyerangan Polsek Hamparan Perak dan CIMB Niaga sepuluh tahun lalu."kata Ghazali kepada Tempo.
Ia berharap Al-Hidayah akan menghasilkan anak-anak yang cerdas, ber iman dan melindungi Negara Indonesia."Semua santri di Pesantren Al-Hidayah tidak dipungut biaya.Kurikulum pendidikan di pesantren ini mengikuti kurikulum pesantren.Namun nantinya akan ada kurikulum tambahan dari BNPT."ujar Ghazali.Pesanteren Al - Hidayah dibagun diatas tanah seluas 30 haktare.Pembangunannya mulai Desember 2016.
SAHAT SIMATUPANG
Lihat pula :
Ahok-Djarot Dilaporkan ke Polisi Soal Wi-Fi Al-Maidah