TEMPO.CO, Purwakarta -- Para delegasi Network of Asia River Basin Orgazination (Narbo) dari 16 negara di Asia meninjau hutan konservasi yang mereka tanam 16 tahun lalu di pinggiran waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.
Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Agus Suprapto, yang memimpin delegasi itu saat berada di hutan NARBO, Jatiluhur, Selasa, 22 Pebruari 2017, mengatakan, mereka puas karena konservasi yang sudah berjalan sejak 11 tahun tersebut berjalan sesuai harapan.
Peninjauan hutan konservasi di sisi waduk Jatiluhur tersebut merupakan bagian acara The Sixth Meeting of NARBO yang dilangsungkan di Jakarta dan Purwakarta mulai 22 hinga 24 Februari 2017 .
Para delegasi yang datang dari 16 negara tersebut berasal dari Jepang, Korea Selatan, Filipina, Thailand, Sri Lanka, Malaysia, Vietnam, Banglades, Lao PDR, India, Indonesia, Afganistan, Bhutan, Myanmar, Kamboja, dan Nepal. Ada pun negara-negara yang menjadi member NARBO sebanyak 75 negara, dan mereka semuanya fokus pada penataan wilayah sungai.
Agus mengungkapkan, saat ini, pengelolaan air di Indonesia masih ada sejumlah titik lokasi yang kondisinya masih memprihatinkan. "Karena itu, program konservasi harus terus ditingkatkan," ujar Agus.
Menurut Agus, secara global pengelolaan wilayah sungai yang sudah dilakukan sedang menuju ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, hasilnya belum maksimal. Terutama, jika dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur yang dinilainya belum bisa menjawab permasalahan yang ditimbulkan akibat sungai. "Dampaknya seperti yang terjadi saat ini. Banjir dimana-mana," ucap Agus.
Direktur Utama PJT II Jatiluhur, Djoko Saputro, mengatakan, ada sejumlah titik lahan konservasi di wilayah sungai yang menjadi pengelolaan pihaknya. Seperti, di Tanggul Ubrug Waduk Jatiluhur. Lalu, Curug Agung (Subang), serta KM 0 hulu Citarum Gunung Wayang yang luasnya mencapai 42 hektare.
NANANG SUTISNA