TEMPO.CO, Semarang - Calon kepala daerah yang diusung Partai Golongan Karya mendominasi kemenangan dalam pemilihan kepala daerah serentak 2017 di Jawa Tengah. Dari tujuh kabupaten/kota di Jawa Tengah yang menggelar pilkada, calon yang diusung Partai Golkar menang di enam daerah. Padahal provinsi ini dikenal sebagai kandang banteng atau daerah basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Kemenangan ini jauh melampaui target partai bentukan Orde Baru itu. Ketua Harian Partai Golkar Jawa Tengah M. Iqbal Wibisono mengatakan partainya hanya menargetkan menang 60 persen. “Tapi kami mampu menang di enam daerah atau mencapai 84 persen,” ucap Iqbal di Semarang, Selasa, 21 Februari 2017.
Baca:
Meski Masih Berkonflik, PPP Jawa Tengah Menangi Lima Pilkada
5 Calon Inkumben Klaim Unggul dalam Pilkada Jawa Tengah
Enam pasangan calon yang diusung Golkar yang menang itu ada di Cilacap (Tatto Suwarta-Syamsul Auliya), Banjarnegara (Budhi Sarwono-Syamsudin), Brebes (Idza Priyanti-Narjo), Batang (Wihaji-Suyono), Pati (Haryanto-Saiful Arifin), dan Kota Salatiga (Yulianto-Haris). Dari enam daerah ini, hanya Batang dan Banjarnegara yang pilkadanya diikuti calon dari kader Golkar.
Satu-satunya calon yang diusung Golkar yang kalah ada di Jepara, yaitu pasangan Subroto-Nur Yahman. Perhitungan sementara menunjukkan calon dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang menang, yaitu pasangan Ahmad Marzuqi-Dian Kristiandi.
Baca juga:
Fatwa MA Status Ahok, Ini Pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah
Undangan Aksi 212 Catut NU, PBNU: Ada Implikasi Pidananya
Adapun PDIP hanya menang di tiga daerah, yakni Brebes, Pati, dan Jepara. Padahal partai banteng moncong putih ini menargetkan kemenangan di empat daerah.
Iqbal berujar, bagi Partai Golkar, menang di enam daerah itu tidak berarti ada persaingan ketat dengan PDIP Jawa Tengah. Sebab, kompetisi perebutan kepala daerah harus berkoalisi dengan partai lain. Nah, kebetulan dalam pilkada 2017 di Jawa Tengah itu, pasangan yang diusung Golkar lebih banyak yang menang dibanding PDIP. Meski dua partai ini juga berkoalisi dalam pilkada Brebes dan Pati.
Di Pati, hampir semua partai mengusung pasangan calon yang sama, yakni Haryanto-Saiful Arifin. Sebab, di daerah ini hanya ada satu pasangan calon.
Menurut Iqbal, pilkada menguras energi karena harus berkompetisi di lapangan. Pilkada, tutur dia, adalah pertempuran strategi, pertempuran metode, dan pertempuran pencitraan. Selain itu, calon harus mumpuni dan rajin turun ke bawah. “Parpol pengusung juga harus solid.”
ROFIUDDIN