TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Resor Sumenep, Jawa Timur, belum dapat memastikan jenis benda yang diduga bom yang ditemukan di depan rumah Effendi, warga jalan Rajawali, Desa Pandian, Kecamatan Sumenep. Kapolres Sumenep, Ajun Komisaris Besar, Josep Ananta Pinora mengatakan bom itu telah diledakkan oleh tim Gegana Polda Jatim. "Masih diidentifikasi," kata dia, Jumat, 17 Februari 2017.
Teror bom itu diterima Effendi, 28 tahun, dalam bentuk bingkisan yang ditemukan oleh ibunya. Penasaran isinya, ibunda Effendi merobek plastik. Setelah melihat isinya, si ibu kaget karena ada rangkaian kabel warna kuning dan merah. "Ibu kemudian memanggil saya, ternyata isinya bom, saya lalu lapor ke intel Kodim tetangga saya," tutur Effendi.
Baca: Tragedi Teror Bom Jalan MH Thamrin Diperingati
Khawatir bom itu meledak dan mencederai keluarganya, bungkusan itu dipindah. Effendi mengungsikan seluruh keluarganya dan kemudian melapor ke Polres Bangkalan. Polres kemudian minta bantuan tim Gegana, mereka baru sampai ke TKP jam 09.00 malam, Kamis, 16 Februari 2017.
Effendi menduga bom itu jenis bom pipa. Karena rangkaiannya berupa tujuh buah pipa kecil dipotong sekitar 30 sentimeter. Tujuh pipa itu kemudian dimasukkan semua ke dalam pipa lebih besar dan diikat dengan lakban. Di ujung-ujung pipa itu terdapat rangkaian kabel warna merah dan kuning.
Baca juga: Mengenal Ricin, Racun Dahsyat Pembunuh Kim Jong-nam
Siapakah Effendi? Pemuda 28 tahun ini aktif sebagai pegiat anti korupsi di Lembaga Swadaya Masyarakat Lidik Hukum dan HAM Sumenep. Dia pernah melaporkan dugaan penyelewengan beras jatah untuk masyarakat miskin oleh kepala desa. Ia juga melaporkan Kepala Kejaksaan Sumenep ke Bareskrim Mabes Polri karena mencantumkan nomor ponselnya dalam daftar buronan.
Kepada Tempo, Effendi meyakini teror bom itu dialamatkan kepadanya karena kegiatan advokasi yang diilakukannya selama ini. "Ini bukan yang pertama,” ujarnya. Ia pernah mau dibacok dan rumahnya dilempari batu. Namun, menurut dia, teror itu malah membuatnya semakin bersemangat mengungkap kejahatan. "Teror ini tidak akan menghentikan saya menolong warga."
MUSTHOFA BISRI