TEMPO.CO, Surabaya - Penerbangan perintis ke Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, berhenti beroperasi. Sejak 31 Desember 2016, kontrak maskapai dengan Kementerian Perhubungan berakhir, sehingga tak ada pesawat yang melayani penerbangan menuju Bandara Harun Thohir di pulau itu.
Sebelumnya, maskapai penerbangan Airfast Indonesia melayani penerbangan perintis menggunakan pesawat jenis twin otter tipe DHC 6-300. "Sekarang masih menunggu pengumuman hasil lelang," kata Kepala Unit Penyelenggara Bandara Kelas III UPT Trunojoyo Sumenep Wahyu Siswono saat dihubungi Tempo, Selasa, 14 Februari 2017.
Wahyu memperkirakan pemenang lelang akan diumumkan pekan ini. Selanjutnya, maskapai dapat memulai operasi perdana pekan depan. Maskapai pemenang lelang akan kembali aktif melayani rute penerbangan Surabaya-Bawean sekaligus Surabaya-Sumenep dan Surabaya-Karimunjawa.
Pihaknya menyatakan tetap akan mempertimbangkan penambahan penerbangan untuk rute Surabaya-Bawean dari dua kali menjadi tiga kali seminggu. Sebab, load factor atau keterisian penumpangnya paling tinggi dibanding dua rute lain. "Memang selalu penuh, di atas 90 persen," ucapnya. Hal ini berbeda dibanding rute Surabaya-Sumenep yang masih rendah, yakni kurang dari 40 persen.
Namun penambahan penerbangan itu, ujar Wahyu, baru dapat diajukan setelah maskapai pemenang lelang memulai operasi. Selain itu, pihaknya meminta dukungan Pemerintah Kabupaten Gresik dalam menyegerakan pembebasan lahan, sehingga landasan pacu (runway) Bandara Harun Thohir dapat diperpanjang dari 930 meter menjadi 1.400 meter.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengusulkan akses penerbangan perintis diperluas ke kepulauan lain. "Kami sudah mengajukan supaya penerbangan perintis diperpanjang dari Sumenep sampai Pagerungan," tutur Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJR Wahid Wahyudi.
Pulau Pagerungan dinilai cocok dijadikan tujuan penerbangan perintis karena terdapat proyek penambangan migas di Lapangan Pagerungan oleh Kangean Energy Indonesia (KEI). Itu juga sejalan dengan keinginan Pemprov dalam mengembangkan wisata kepulauan di Jawa Timur.
ARTIKA RACHMI FARMITA