TEMPO.CO, Rembang - Kepolisian Sektor Rembang, Jawa Tengah, hingga Jumat, 10 Februari 2017, masih melakukan negosiasi dengan pengunjuk rasa yang menolak keberadaan Pabrik Semen Indonesia di Rembang dengan harapan mereka bersedia membubarkan diri.
"Kami masih mencoba bernegosiasi dengan pengunjuk rasa dengan memberikan pengertian kepada mereka," kata Wakil Kepala Polres Rembang Kompol Pranandya Subiyakto ketika dimintai tanggapannya terkait aksi blokir jalan warga yang kontra dengan pabrik semen menggunakan batang bambu di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Rembang, Jumat kemarin.
Sebetulnya, kata dia, saat ini tidak ada aktivitas produksi semen karena sedang melakukan adendum untuk pengajuan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Kalaupun ada aktivitas pekerja di lokasi pabrik semen, kata dia, mereka sedang melakukan perawatan mesin produksi dengan menyalakannya hari.
Hal itu, kata dia, demi menjaga keawetan mesin produksinya sehingga setiap hari harus ada pemanasan. Selain itu, lanjut Pranandya, aktivitas pekerja yang membersihkan perkantoran dan lingkungan sekitar juga masih rutin guna menjaga lingkungan pabrik tetap bersih.
Ia menambahkan bahwa keberadaan petugas pengamanan pabrik juga dalam rangka menjaga aset mereka agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, pedemo tidak mau tahu soal itu dan tuntan mereka tidak ada aktivitas apa pun di lokasi pabrik semen tersebut.
"Hingga kini, kami berupaya melakukan pendekatan dan upaya persuasif agar mereka dengan sadar membubarkan diri," ujarnya.
Pengamanan aksi unjuk rasa warga yang kontra dengan Pabrik Semen Indonesia di Rembang, Polres Rembang menerjunkan 200 personel ditambah anggota Brimob Pati sebanyak 40 orang.
ANTARA