TEMPO.CO, Kediri - Sekitar 90 ribu batang bambu ditanam di lereng Gunung Wilis, Kediri, pascabanjir bandang yang menewaskan dua penduduk. Penanaman bambu itu untuk mencegah longsor dan memperkuat struktur tanah pegunungan.
Upaya penanaman 90 ribu bambu ini dilakukan warga di tiga desa di Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Secara gotong-royong, mereka menancapkan tunas bambu ke titik-titik kosong di lahan milik Perum Perhutani KPH Kediri Divisi Regional Jawa Timur. “Ini upaya menghentikan banjir bandang dan longsor lagi,” kata Bupati Kediri Haryanti Sutrisno, Jumat, 10 Februari 2017.
Baca:
Longsor di Bali, 7 Orang Dilaporkan Tewas Tertimbun
Puluhan Warga Madiun Dihantui Bencana Tanah Longsor
Sebanyak 500 hektare lahan di lereng Gunung Wilis akan ditanami bambu. Selain mencegah longsor, tanaman bambu juga diharapkan mampu menjaga mata air di kawasan lereng. Sebanyak 300 mata air tersebar di wilayah ini dan menjadi sumber air bagi warga di sekitar lereng setiap musim kemarau.
Pengadaan ribuan tanaman bambu merupakan sumbangan perusahaan rokok PT Gudang Garam Tbk Kediri. Program ini merupakan tahap kedua tutup tanam dari penanaman serupa tahun lalu sebagai program corporate social responsibility perusahaan. “Ada berbagai pertimbangan mengapa harus bambu,” kata Wakil Kepala Bidang Humas PT Gudang Garam Iwhan Tricahyono.
Baca juga:
Pencucian Uang, Pengacara GNPF MUI: Ini Bukan Uang Negara
Mahfud Md. Dulu Ragukan KPK di Bawah Agus Rahardjo, Sekarang?
Pertama, bambu mampu menyerap air hujan, baik dalam akar maupun tanah, melalui rongga batang hingga 90 persen. Tanaman ini juga 35 persen lebih banyak menghasilkan oksigen (O2) dibanding tanaman lain. Dengan sistem perakaran yang kuat, lebat, dan berserabut panjang, bambu diyakini bisa memperkokoh struktur tanah yang berfungsi mencegah erosi.
Iwhan mengatakan, tragedi banjir bandang yang menewaskan dua warga di Kecamatan Banyakan beberapa hari lalu mengundang keprihatinan semua pihak. Apalagi bencana itu seharusnya bisa dicegah dengan rekayasa alam, salah satunya melalui penanaman bambu.
Banjir bandang yang terjadi pada Rabu, 25 Januari 2017 ini, menewaskan dua remaja dan merusak rumah serta jembatan di lereng Gunung Wilis. Dua korban sempat hilang ditelan banjir bandang akibat meluapnya Sungai Klepu di Desa Parang, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Petugas gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Kepolisian Kediri yang menyisir mendapati keduanya telah tewas terseret air bah hingga 12 kilometer dari lokasi hanyut.
Mereka di antaranya Hadi Busro, 18 tahun, warga Kelurahan Banjarmlati, Kota Kediri, serta Sofa, 17 tahun, warga Dusun Pojok, Desa Tiron, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Kedua remaja ini hanyut terseret air bah saat sedang bermain di Sungai Klepu bersama lima remaja lain. Saat air bah datang, keduanya tak bisa keluar dari sungai dan terseret sangat jauh sebelum ditemukan meninggal dunia dengan sejumlah luka akibat terbentur material sungai.
Sekretaris BPBD Kabupaten Kediri Hari Wahyu mengatakan banjir sesaat ini disebabkan tingginya debit air yang turun dari lereng Gunung Wilis setelah diguyur hujan beberapa waktu. Dia menduga terjadi longsoran di aliran sungai di kawasan hulu yang jebol akibat diterjang air. Longsoran inilah yang terbawa ke bawah dengan membawa gelondongan kayu dan batuan besar.
HARI TRI WASONO