TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Alfan Alfian mengatakan pilkada DKI Jakarta bermakna penting bagi partai politik pengusung kandidat. Sebab, pemenang pilkada DKI 2017 akan memberi dampak lanjutan terhadap pemilihan presiden 2019.
"Dampak dari pilkada DKI adalah siapa yang akan menang, dia akan memberi dampak ikutan psikopolitik dalam pilpres 2019," kata Alfan, Kamis, 9 Februari 2017, dalam seminar dan sosialisasi pilkada DKI, di Hotel Amaris, Pancoran, Jakarta.
Alfan mengatakan dampak psikopolitik yang ia maksud adalah pemenang pilkada DKI akan mempengaruhi pilihan masyarakat untuk mendukung tokoh tertentu dalam pilpres.
Dia menjelaskan, politik di Indonesia masih berbasis elitisme. Ini ditandai dengan kehadiran Agus Harimurti Yudhoyono yang dianggap sebagai bayangan SBY. "Dia muncul dari ranah elitisme politik SBY," kata Alfan.
Baca juga:
Dosen UGM: Tudingan Kafir Seharusnya Tak Ada di Indonesia
Aksi 112, Rizieq: Tidak Ada Pengerahan Massa Turun ke Jalan
5 Tokoh Dunia yang Pernah Dirisak di Media Sosial
Demikian juga dengan Ahok-Djarot yang dianggap mencerminkan elitisme Megawati dan Anies-Sandi yang dianggap merupakan bayangan elitisme Prabowo. "Maka tak salah kalau pilkada DKI ini kita lihat sebagai kontestasi para elite politik, (di antaranya) SBY, Mega, dan Prabowo," kata Alfan.
Pertarungan tiga pasangan calon akan memberi dampak politik terhadap pilpres 2019. Menurut Alfan, jika Agus menang, kemungkinan SBY akan menganggap Agus sebagai orang yang potensial dicalonkan dalam pilpres 2019. "Kalau AHY menang, SBY akan melihat punya jago untuk dipertimbangkan dalam pilpres 2019," kata Alfan.
Jika Ahok yang menang, kata Alfan, dampak psikopolitiknya akan dirasakan Jokowi. Namun dampak psikopolitik kepada Jokowi tidak akan terlalu besar karena elektabilitas Jokowi dianggap sudah mapan.
Sementara jika Anies yang menang, dampak psikopolitiknya akan berpengaruh kepada Prabowo. "Prabowo saya lihat masih sebagai tokoh yang potensial untuk pilpres 2019," kata Alfan.
AMIRULLAH SUHADA