INFO NASIONAL - Rizkan Chandra, Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk, mengatakan tahun 2017 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri semen di Indonesia. Sebab, jika melihat pertumbuhan industri semen di Tanah Air dari tahun ke tahun, angka peningkatannya tidak bergerak jauh, yaitu berada di kisaran 2-3 persen atau berada di bawah GDP sebesar 5 persen.
Sebagai contoh, pasar semen pada 2014 ke 2015 mengalami peningkatan pertumbuhan 3,5 persen. “Tapi pada 2015 ke 2016 tidak terjadi pertumbuhan pada pasar semen, bahkan negatif. Ini karena sektor retail, seperti properti belum berjalan. Kalau sektor retail ini tumbuh pada 2017, pasar semen akan tumbuh lagi. Insya Allah, kalau sektor retail menetas akan sangat membantu pertumbuhan pasar semen,” ujarnya.
Menurut Rizkan, faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan pasar semen tidak terlalu tinggi karena banyak bermunculan pabrik semen baru pada 2016, termasuk dari para pemain semen asing. “Industri semen mulai 2015 sudah mengalami tekanan dengan turunnya harga dan masuknya pemain-pemain baru. Pada 2016, kondisinya tambah parah lagi, penurunan harganya sudah di atas 7 persen,” katanya. Rizkan memprediksi pertumbuhan industri semen pada 2017 juga tidak terlalu jauh bergerak, sekitar 2-3 persen. “Jadi, tahun 2017 adalah tahun yang penuh tantangan bagi industri semen,” ujarnya.
Tahun ini, kata Rizkan, Semen Indonesia akan meningkatkan kapasitas produksi semen dari 30,5 juta ton menjadi 36,5 juta ton. “Penambahan 6 juta ton tersebut berasal dari pabrik kami di Indarung, Padang, dan Rembang, masing-masing 3 juta ton,” ujarnya.
Ke depan, untuk menghadapi persaingan, lanjut Rizkan, Semen Indonesia yang membawahi Semen Kupang Indonesia, Semen Indonesia Aceh, Semen Padang, Semen Gresik, Semen Tonasa, dan Thang Long Cement Vietnam telah menyiapkan sejumlah strategi. Rizkan menyebut strategi global itu sebagai strategi “3 plus 1” yang merupakan perpaduan antara strategi menyerang dan bertahan.
Tiga strategi menyerang itu, pertama, melakukan konsolidasi pasar. Strategi ini dilakukan supaya excess capacity yang terjadi di dalam negeri dapat dikirim ke luar negeri. Strategi kedua adalah go international. Semen Indonesia, ujar Rizkan, memiliki pola pikir yang telah berubah. “Market Semen Indonesia bukan lagi domestik, tapi regional. Artinya, market bergerak dari domestik menuju regional hingga Asia Selatan,” tuturnya.
Strategi ketiga adalah go downstream. Setelah menjadi pemimpin pasar semen di dalam negeri dengan market share 42 persen, Semen Indonesia memutuskan memasuki bisnis hilir, yaitu di bidang bisnis beton dan building material. Tahun lalu, Semen Indonesia mengakuisisi perusahaan beton PT Varia Usaha Beton dan mengintegrasikannya ke dalam PT Semen Indonesia Beton. “Di industri semen, kami sudah nomor satu. Kami berharap di industri beton dan building material, kami juga harus menjadi nomor satu,” ujarnya.
Melengkapi tiga strategi menyerang itu adalah strategi cost transformation yang disebut Rizkan sebagai strategi bertahan. “Kami melakukan konsentrasi transformasi di banyak beban biaya sehingga pada 2016, kami berhasil melakukan penghematan yang cukup luar biasa. Itu yang membuat kami masih bisa bertahan di tengah penurunan keuntungan. Kami masih paling baik dibandingkan dengan kompetitor,” katanya.
Pada 2017, Rizkan menambahkan, strategi cost transformation ini tetap dilanjutkan dan mengarah lebih strategis dan strukturual.
TIM INFO TEMPO