TEMPO.CO, Bantul - Presentasi Bupati Banyuwangi, Jawa Timur Abdullah Azwar Anas tentang pengelolaan Banyuwangi mendapat apresiasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi, Kementerian Pendayagunaan Negara dan Reformasi Birokrasi, serta sejumlah kepala daerah.
Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur, meminta kepala daerah untuk meniru keberanian Anas melakukan perubahan. “Kirim pejabat daerah untuk belajar ke Banyuwangi. Datang dan tiru Bupati Anas,” kata Asman dalam acara penyerahan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kabupaten/kota di Jogja Expo Center Kabupaten Bantul,Yogyakarta, Senin 6 Januari 2017.
Menurut Asman, Bupati Banyuwangi menjadi langganan untuk berbagi pengalaman mengelola dan mempromosikan daerahnya. Banyuwangi menurut dia layak jadi model teladan bagi daerah lain. Ia menilai Bupati Anas sebagai pemimpin yang jeli, berani mengambil keputusan yang berbeda, dan membangun sistem yang implementatif. “Saya nggak gengsi tanya untuk belajar,” kata Asman.
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Alexander Marwata dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X juga memberi perhatian khusus kepada Bupati Anas. Alexander mengatakan pemimpin harus berani melakukan perubahan. “Dahulu Banyuwangi dikenal sebagai daerah santet. Tapi, belum ada satu dasawarsa sudah ada perubahan,” kata Alexander disambut tawa peserta acara itu.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Bupati Bantul, Suharsono didapuk untuk menjelaskan bagaimana mereka memimpin daerah mereka. Suharsono hanya sedikit menggambarkan bagaimana dia menangani persoalan di Bantul, misalnya kasus intoleransi terhadap Camat Pajangan yang dia pilih ditolak hanya gara-gara beragama Katolik. Sedangkan,Bupati Banyuwangi Anas terlihat lebih siap dengan presentasi memutar film dokumenter tentang pariwisata di Banyuwangi dan data-data pengelolaan daerah itu. Misalnya prioritas program, capaian, dan evaluasi.
Bupati Anas gencar melibatkan masyarakat untuk mempromosikan pariwisata di daerahnya. Misalnya obyek wisata Ijen yang terkenal dengan blue firenya. Banyuwangi dikenal banyak menyajikan acara seni budaya, misalnya musik jazz di pantai juga beragam kesenian tradisional.
Anas mengatakan sejumlah kebijakannya melarang berdirinya hotel di sekitar tempat wisata, misalnya di Pulau Merah. Ia juga melarang penerbitan izin mendirikan bangunan di sekitar bandar udara di Banyuwangi. “Inovasi dan akuntabilitas yang saya tekankan,” kata dia.
Anas juga menyebut bukan waktunya pemimpin daerah sibuk dengan pencitraan diri mereka. Sebab, masyarakat semakin kritis dan gampang menyampaikan kritik melalui media sosial seperti twitter dan facebook. “Saya punya kebijakan semua pengaduaan harus direspon maksimal dalam 4 jam. Sekarang ini caci maci muncul bebas di twitter dan facebook,” kata dia.
SHINTA MAHARANI