TEMPO.CO, Kediri -Panitia penjemputan jasad Ibrahim Datuk Tan Malaka tengah berjuang meyakinkan Kementerian Pendidikan untuk memasukkan ajaran Tan Malaka ke dalam kurikulum pendidikan nasional.
Hal itu mengingat relevansinya yang supel terhadap perkembangan zaman. “Di titik ini, pemindahan makam menjadi tidak penting lagi,” kata Habib Datuk Monti, aktivis dan salah satu panitia penjemputan, kepada Tempo, Sabtu, 4 Februari 2017. Dia juga pegiat Tan Malaka Institute.
Mewakili keluarga dan masyarakat Sumatera Barat, Monti juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada masyarakat Desa Selopanggung yang selama ini merawat dan menghormati makam Tan Malaka layaknya sesepuh desa.
Baca:
Pemindahan Makam Tan Malaka, Ini Motif Sebenarnya
Karena itu dia berharap gerakan ini nanti akan mendorong pemerintah pusat mengembangkan kawasan Selopanggung menjadi wisata religi sekaligus pusat pembelajaran sejarah Tan Malaka. Sehingga perlahan-lahan kawasan minus di lereng Gunung Wilis ini akan tumbuh di sektor perekonomian warganya.
Namun demikian Monti menegaskan jika prosesi yang dijadwalkan panitia penjemputan jasad di Kediri akan tetap dilaksanakan besok tanggal 21 – 22 Februari 2017. Diawali dengan penyelenggaraan tahlil di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pada Selasa malam, akan dilanjutkan prosesi adat di makam Desa Selopanggung.
Sebelumnya Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan sempat menyampaikan sinyalemen untuk tak memaksakan melakukan pembongkaran makam. Apalagi belakangan rencana itu menuai pro kontra dari masyarakat dan Pemerintah Kediri yang ingin mempertahankannya. “Mungkin kami hanya akan mengambil tanahnya saja untuk melengkapi prosesi adat di Limapuluh Kota,” kata Ferizal kepada Tempo beberapa waktu lalu.
Sementara itu rencana penjemputan jasad Ibrahim Datuk Tan Malaka yang disuarakan sejak akhir tahun lalu ini secara langsung telah berdampak positif bagi makam Tan Malaka. Pemerintah desa setempat mulai membangun jalan setapak menuju makam yang sebelumnya nyaris tak bisa dilalui. Jalan berundak dari semen ini memudahkan para peziarah yang juga mulai berdatangan ke makam untuk sekedar melihat makam sang pahlawan.
HARI TRI WASONO
Simak pula:
SBY dan Jokowi Pernah Sama-sama Disadap, Ini Kisahnya