TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Corruption Watch (ICW) menempati posisi 20 dunia dari 63 lembaga riset dan analisis publik untuk kategori Top Good Governance and Transparency Think Tanks yang dirilis The Lauder Institute of the University of Pennsylvania, Amerika Serikat. ICW masuk dalam salah satu dari empat kategori top think tank yang digunakan untuk menyusun index.
Adapun kategori top think thanks itu dibagi dalam beberapa kelompok lainnya, yakni berdasarkan skala global, region, area riset, dan capaian khusus. “Top Transparency and Good Governance Think Tanks menjadi bagian atau sub-kategori top think tanks berdasarkan area riset,” ujar Koordinator ICW Adnan Topan Husodo dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 3 Februari 2017.
Baca juga:
Analis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini
MUI Nilai Ahok Hanya Setengah-setengah Meminta Maaf
Pada level Asia untuk kategori yang sama, ICW menduduki peringkat dua setelah Development Alternatives dari India. Pada 2015, ICW menduduki posisi 22 dunia. “Artinya, ada kenaikan dua peringkat pada tahun lalu,” ujar Adnan.
Menurut Adnan, beberapa hal yang diukur untuk menyusun Global Top Think Tanks Index adalah kualitas dan komitmen dari pimpinan lembaga, kualitas dan reputasi para staff, kualitas dan reputasi atas hasil analisis dan penelitian yang dilakukan. Selain itu, lembaga yang bersangkutan harus memiliki kemampuan dalam melibatkan ahli dan akademisi bereputasi besar dalam berbagai kajian.
Silakan baca:
KPK: Sulawesi Selatan Urutan 7 Terbanyak Kasus Korupsi
“Lembaga itu harus memberikan dampak yang dihasilkan dari penelitian atau program yang dikerjakan bagi pengambil keputusan dan aktor pembuat kebijakan lainnya, kemampuan menyusun dan menghasilkan produk penelitian yang independen,” ujar Adnan.
Adnan menyebutkan The Lauder Institute of the University of Pennsylvania juga menilai kemampuan lembaga riset tersebut untuk mengakses para tokoh kunci di pemerintahan, kemampuan meyakinkan pengambil keputusan dan tokoh kunci di pemerintahan untuk membangun kerjasama. Kemudian, semua output dan produk yang dihasilkan organisasi atau lembaga dan kegunaan dari produk yang dihasilkan bisa digunakan untuk kepentingan advokasi, keterlibatan publik, dan penelitian.
“Kemudian mereka harus memiliki reputasi di media massa, kemampuan manajemen dan organisasi yang baik, pengaruh atau dampak program yang dikerjakan kepada masyarakat luas, dan lain sebagainya,” ujar Adnan.
Dalam menentukan penghargaan tersebut, The Lauder Institute melibatkan kurang lebih 2.543 informan kunci yang terdiri dari akademisi, jurnalis, pejabat publik, peneliti independen dan lembaga donor dari berbagai belahan dunia serta 900 ahli dan spesialist. Sementara itu, terdapat 6.846 think tanks dari seluruh penjuru dunia, baik yang ada di Benua Afrika, Asia, Eropa, Australia, Amerika Utara dan Latin yang dinilai oleh tim dari the Lauder Institute.
LARISSA HUDA