TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Letnan Jenderal Edy Rahmayadi mengatakan ada sejumlah kelemahan dalam pembangunan sepakbola dalam negeri. Kondisi ini perlu diperbaiki agar sepakbola Indonesia bisa berkiprah di tingkat Asia maupun internasional.
"Kelemahan sepakbola nasional tadi dibahas dari mulai jumlah pemain. Jangankan kita mencapai kualitas, mencapai kuantitas saja kita belum tercapai," kata Edy seusai melakukan rapat terbatas yang membahas soal sepakbola nasional, Selasa, 24 Januari 2017, di Kantor Kepresidenan, Jakarta.
Baca juga:
Ryamizard: Kita Tidak di Kiri-Kanan, Pancasila di Tengah
Misteri Kematian Mahasiswa UII, Diare atau Dianiaya?
Dalam rapat tersebut, Edy mengatakan Presiden Joko Widodo meminta semua menteri yang terkait mendukung terciptanya pemain-pemain sepakbola. Ini dimulai melalui pembibitan di usia dini.
Kelemahan kedua terjadi di infrastruktur. Edy mengatakan lapangan sepakbola di Indonesia yang berstandar FIFA hanya dua, yakni Stadion Gelora Bung Karno dan Stadion Jakabaring, Palembang. Nantinya diharapkan setiap provinsi memiliki satu lapangan sepakbola yang layak dan berstandar FIFA. "Ini juga merupakan perintah Presiden. Akan dicari jalan keluarnya, termasuk setiap desa akan ada lapangan sepakbola," kata Edy yang juga menjabat sebagai Panglima Kostrad.
Ketiga adalah soal minimnya jumlah pelatih. Saat ini hanya ada 167 pelatih di indonesia. Jumlah ini sangat jauh dibandingkan Malaysia yang mempunyai 565 pelatih. Upaya pengembangan sepakbola juga perlu pembinaan pelatih.
Edy mengatakan perhatian Presiden Joko Widodo terhadap kemajuan sepakbola nasional sangat luar biasa. "Presiden mengejar sampai ke tingkat ini. Luar biasa. Kami akan berbuat, kami akan cari, akan lakukan ini agar segera keluar dari permasalahan ini," kata Edy.
AMIRULLAH SUHADA