TEMPO.CO, Malang - Menjelang tahun baru Imlek umat Khonghucu di Malang menggelar upacara dan doa di Kelenteng Eng An Kiong. Ritual sembahyang Sang Sien sebagai bentuk pelepasan para dewa menghadap Tuhan sebelum tutup tahun. Para dewa dipercaya melaporkan perilaku manusia tiga hari sebelum Imlek. Setelah itu para dewa akan kembali ke bumi untuk mendampingi umat manusia.
"Ibadah Sang Sien merupakan ibadah mengantarkan dewa ke langit," kata rohaniawan di Yayasan Tri Dharma Eng An Kiong, Bonsu Anton Triono, Selasa 24 Januari 2017.
Ritual dilakukan di altar utama Kelenteng dipimpin seorang rohaniawan. Selain itu, sebagai ungkapan syukur atas karunia yang diterima selama ini. Mereka berharap Imlek 2568 akan mendapat rezeki yang melimpah dan kesehatan.
Baca juga:
Mahasiswa UII Itu Diinjak dan Punggungnya Disabet Rotan 10 Kali
Nurul Fahmi Pembawa Bendera Bertulisan Arab 'Dibebaskan'
Sejumlah umat Khonghucu memegang dupa, memanjatkan doa. Tiga batang dupa ditujukan kepada Tuhan, bumi dan manusia. Falsafahnya, manusia diciptakan untuk melestarikan segenap ciptaan. Sehingga manusia harus bersinergi dengan alam semesta agar tak ada bencana. "Bencana ada karena ulah manusia," ucapnya.
Upacara ini, kata dia, dilakukan sebelum menyucikan patung atau rupang dewa. Ritual ini merupakan tradisi etnis Tionghoa untuk menyambut perayaan Tahun Baru Imlek. Membersihkan rupang dan rumah ibadah dilakukan rutin menjelang Imlek. Tujuannya, agar saat ibadah dan perayaan Imlek berjalan dengan sakral. Lilin berwarna merah berukuran raksasa bertebaran di sekitar kelenteng.
Pembersihan tempat ibadah merupakan simbol penyucian diri umat Konghucu. Penyucian ini dilakukan saat penghuni rupang sedang naik ke surga dan berharap dewa akan memberikan keberuntungan jika rupang tersebut disucikan. Cat kelenteng yang berdiri 1824 dilapisi cat baru. Sejumlah ruangan dan rupah dibersihkan dan dicuci bersih sehingga siap untuk perayaan Imlek mendatang.
EKO WIDIANTO