TEMPO.CO, Bogor - Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto menganggap lembaga survei yang mengeluarkan hasil polling soal pemilihan kepala daerah DKI 2017 kerap dijadikan alat propaganda. "Mereka mau mencuci otak rakyat. Itu akal-akalan," kata Prabowo di kediamannya di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad, 22 Januari 2017.
Prabowo mengatakan bukan rahasia bahwa banyak lembaga survei yang dibayar pihak tertentu untuk melakukan polling. Namun ia menyayangkan hasil polling digunakan untuk membentuk persepsi yang tidak benar.
Lembaga survei, kata Prabowo, seharusnya terbuka dan jujur mengenai pihak yang mengontrak mereka. "Ini yang harus dibuka. Kan jelas, dia dibayar kok. Pasti dia akan bilang calon dia lebih tinggi (elektabilitasnya)," ujarnya.
Prabowo juga menganggap polling tersebut sebagai senjata politik yang dipakai orang yang banyak duit. Sehingga, dia berasumsi, demokrasi Indonesia mau dibeli.
Dalam keterangan pers setelah bertemu pasangan calon Anies-Sandi itu, Prabowo juga bercerita pernah ada pimpinan lembaga survei yang datang menemuinya dengan mengendarai sebuah mobil mewah Mercedes Benz tipe S Class. "Gue yang dia minta kontrak, enggak punya Mercedes Benz. Bagi dia bisnis, padahal penting, ini demokrasi kedaulatan rakyat," kata dia.
Prabowo pun meminta peneliti yang melakukan survei tidak menipu rakyat demi keuntungan pribadi. Kondisi seperti itu, kata dia, juga terjadi dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat. Sejumlah survei sebelumnya menyebutkan Hillary Clinton akan menang karena meraih tingkat elektabilitas yang tinggi. Faktanya, dalam pemilihan, Donald Trump lah yang menang.
Tak lupa, Prabowo menyarankan masyarakat menjadikan survei sebagai pelajaran dan belajar melangkah dengan kebaikan. Ia sendiri lebih mempercayai suara rakyat secara langsung ketimbang hasil survei.
FRISKI RIANA