INFO NASIONAL - Setelah lulus dari SMA YPPK Taruna Bakti, Jayapura, pada 2012, Casparina Theresia Renwarin memutuskan terbang ke tanah Jawa untuk menimba ilmu di President University, yang berada di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang. Gadis kelahiran tanah Papua ini mengambil jurusan Banking & Finance.
Tak ada yang menduga bahwa Ririn, sapaan Casparina, justru bisa menikmati keliling ke luar negeri saat kuliah di universitas tempat berlokasinya 1.700 perusahaan multinasional dari 30 negara ini. Pada Agustus 2013, misalnya, Ririn mengikuti acara Campus Exchange ke Eropa selama dua minggu. Di Eropa, tepatnya di Negeri Kincir Angin Belanda, gadis berusia 22 tahun ini memperdalam kemampuannya berbahasa Inggris, yang kemudian dilanjutkan dengan visit ke Jerman dan Belgia.
Setahun kemudian, dari Eropa Barat, Ririn terbang ke Eropa Timur, tepatnya di Rusia, untuk mengikuti Global Volunteer Programme di AIESEC (Association internationale des étudiants en sciences économiques et commerciales) atau International Association of Students in Economic and Commercial Sciences. Ini adalah sebuah organisasi kepemudaan yang berada di 126 negara, juga fokus pada pengembangan kepemimpinan para pemuda, dan menjadi ambassador di luar negeri untuk menjalankan social project. “Dari bulan Juli hingga September 2014, saya berada di Kota Saint Petersburg untuk mengajar bahasa Inggris dan matematika kepada anak-anak dari usia 7 hingga 18 tahun,” tuturnya.
Dari Eropa Timur, Ririn ganti menjelajah Asia Barat, yaitu di Kota New Delhi, pada Maret 2015. Di sini, ia magang di perusahaan IT bernama Denave Pvt Ltd selama enam bulan. “India merupakan negara IT terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, sehingga saya ingin mencari pengalaman di sini, karena rencananya ke depan ingin membuka bisnis semacam start-up company yang bergerak di e-commerce,” ujarnya.
Begitu diwisuda pada Mei 2016, Ririn terbang ke Singapura untuk mengikuti kompetisi Business Idea se-Asia Tenggara dan menjadi juara pertama. Tidak lama berselang, ia kembali ke New Delhi untuk mengikuti training selama setahun di perusahaan software perhotelan. “Awal-awal di India, saya mengalami sedikit masalah dengan makanan dan budayanya. Namun sekarang saya sudah mulai betah,” katanya.
Gadis yang memiliki moto “Kerja keras akan selalu memberikan hasil yang memuaskan” ini masih ingin terus memperdalam ilmunya mengenai IT, terutama yang mendukung bisnis e-commerce. Di India, Ririn memiliki banyak kenalan pakar IT melalui berbagai workshop. “Pertumbuhan bisnis IT di India saya akui sudah luar biasa. Banyak aktivitas belanja sudah menggunakan online, sehingga lebih praktis dan efisien, di mana dengan non-cash bisa mengurangi penggunaan kertas,” ujar gading yang berencana mengambil S-2 di Australia ini.
Meski masih muda dan berasal dari daerah Indonesia timur yang dianggap tertinggal, Ririn tidak merasa kurang percaya diri. Bahkan hal tersebut mendorong dirinya untuk lebih maju. Semoga akan lahir lagi Ririn-Ririn dari tanah Papua yang bisa membuat Indonesia bangga. (*)