TEMPO.CO, Malang-Sesepuh Nadhlatul Ulama KH Haji Hasyim Muzadi berjalan menemui jurnalis usai dijenguk Wakil Presiden Jusuf Kalla di Rumah Sakit Lavalette, Malang, Senin, 16 Januari 2017. Keluar dari ruang perawatan Sapire VIP Nomor 6, Hasyim mengenakan peci hitam, kemeja putih dan sarung putih.
Dia keluar didampingi istrinya, Muthomimah, anak dan keluarga. Senyum mengembang dari bibir Hasyim dan sesekali melambaikan tangan. Dia mengaku tak banyak bicara dengan JK. Menurutnya, dia dan JK hanya saling mendoakan kesehatan masing-masing.
Baca juga:
Sakit, Hasyim Muzadi Bisikkan Sesuatu ke Jusuf Kalla
Kesehatan Mulai Pulih, Hasyim Muzadi Makan Rawon dan Lodeh
"Pesan saya singkat, Indonesia membutuhkan orang tua. Bukan usianya yang tua, tetapi mengerti dan memahami kondisi bangsa," katanya. Orang tua itu, ujar Hasyim, adalah yang mengerti dan membela kepentingan masyarakat serta tidak berpihak kepada kelompok tertentu.
Hasyim menuturkan sejak dirawat 6 Januari 2017, kondisi kesehatannya terus membaik. Seluruh organ diperiksa secara menyeluruh. "Semua normal. Tensi, gula darah maupun jantung," kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu.
Baca Juga:
Menurut Hasyim, Selasa besok kemungkinan dia sudah bisa pulang. Selain JK, mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsudin juga mengunjungi Hasyim. Din tiba lebih dulu sebelum Kalla. Din menjelaskan selama sebulan terakhir Hasyim Muzadi sibuk bepergian ke luar negeri sehingga menguras tenaga dan menganggu kesehatannya. "Sebagai ulama beliau banyak mendatang undangan," katanya.
Tak banyak yang dibicarakan Din saat membesuk Hasyim. Din berharap Hasyim beristirahat untuk memulihkan kesehatannya. Dalam pertemuan itu, ada beberapa hal yang dibicarakan. Saat tokoh bangsa bertemu, katanya, pasti membicarakan bangsa dan umat. "Intinya prihatin dengan kehidupan kebangsaan dan keumatan," ujarnya.
Din menilai saat ini kondisi bangsa menunjukkan suasana dialektik, atau pertentangan. Seharusnya, menurut Din, dibuka dialog untuk memecah kebutuan antarkelompok, terutama terhadap kelompok yang saling klaim atas beneran, dan saling menafikan.
Din mengaku prihatin sampai terjadi aksi serang dan kekerasan seperti yang terjadi di Jawa Barat. Jika terus terjadi gesekan, dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang lebih besar.
EKO WIDIANTO