TEMPO.CO, Semarang - Panen cabai seharusnya tiba. Tapi, petani di Jawa Tengah belum melakukannya karena hujan turun hampir setiap hari. Akibatnya, harga cabai belum bisa turun karena pasokan belum lancar.
“Sebetulnya panennya tak mengkhawatirkan. Hujan setiap hari, petani tak mau memanen,” kata Yuni Astuti, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Senin, 16 Januari 2017.
Dia memastikan, cabai di lapangan tersedia banyak. Meski tak menyebutkan angka, dia menilai, sebenarnya produksi panen tak mengkhawatirkan, luasan lahan mencapai 2.500 hektare. “Hujan berpengaruh. Pasar terganggu,” kata Yuni.
Dia mengatakan tingginya harga cabai, menguntungkan petani. Dari hasil cek di lapangan, petani mampu menjual seharga Rp 60 ribu per kilogram. “Tapi peran pemerintah, menjaga agar harga rasional dan terjaga bagi konsumen,” katanya.
Salah satu upaya menanggulangi tingginya harga cabai, menjalin kerja sama dengan kelompok tani, untuk menstandarkan harga cabai di pasaran. Pemerintah Jawa Tengah menjalin kerja sama dengan kelompok tani Giri Makmur, di Magelang, sejak 2016 lalu.
Program kerja sama itu untuk membantu benih, pestisida, dan pupuk. Pemerintah siap membeli, jika butuh untuk operasi pasar. “Tentunya dengan harga rasional. Tapi jika tak ada operasi pasar, petani silahkan jual bebas ke padagang,” katanya.
Pedagang cabai Pasar Johar sementara di Semarang, Suyadi, mengatakan harga cabai masih tinggi, dipengaruhi pasokan petani yang masih rendah. Dia menyebut minimnya suplai petani di pasar induk Johar, membuktikan Pemerintah Jawa Tengah menekan harga cabai dengan cara meneken memorandum of understanding (MoU) antara petani cabai dan dengan pedagang belum berhasil. “Kesepakatan harga dengan petani dan pedagang belum cocok. Selain itu, produksi petani belum banyak,” kata Suyadi.
Suyadi mengaku, jalinan kerja sama yang difasilitasi tim pengendali inflasi daerah (TPID) belum mencapai kesepakatan maksimal. “Kami terpaksa menerima dari petani luar daerah, dengan harga tergantung pasar,” kata Suyadi.
EDI FAISOL