TEMPO.CO, Semarang - Polemik pendirian pabrik PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah, terus bergulir. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatuth Tholibin Rembang K.H. Ahmad Mustofa Bisri menganggap sebuah perbedaan merupakan sesuatu yang wajar saja. Namun, Gus Mus—panggilan akrab Mustofa Bisri--berharap perbedaan itu tidak digunakan untuk mengadu-domba antara kelompok masyarakat.
“Kalau antar warga dibenturkan maka masyarakat yang akan jadi korban,” kata Gus Mus dalam wawancara khusus dengan Tempo di kediamannya pada Kamis, 5 Januari 2017, lalu. Baca wawancara lengkap di Majalah TEMPO edisi (16-22 Januari 2017).
Baca juga:
Kubu Kontra dan Propabrik Semen di Rembang Terus Bergerak
Gus Mus berharap agar para elite tidak membenturkan antar kelompok masyarakat. Harapan Gus Mus ini cukup beralasan karena polemik pendirian pabrik semen di Rembang semakin meruncing. Warga yang mendukung maupun yang menolak pendirian pabrik sama-sama sudah saling menggelar unjuk rasa menyampaikan aspirasinya.
Gus Mus menilai sangat wajar adanya beda pendapat antar warga terkait polemuk pendirian pabrik semen di Rembang. “Orang bisa berbeda pendapat karena isi kepala orang berbeda-beda,” kata dia. Satu sisi ada kelompok masyarakat yang berpandangan kepentingan jangka panjang, yakni jika ada pabrik semen di Rembang maka sumber air terancam habis. “Sementara di Rembang ini, air sulit sekali terutama di musim kemarau,” kata Gus Mus.
Baca Juga:
Di sisi lain, ada kelompok warga yang menginginkan agar Rembang berkembang secara ekonomi dengan adanya pabrik Semen tersebut. “Rembang ini tidak maju-maju kalau tak ada investasi,” kata Gus Mus menirukan ucapan pihak yang setuju pendirian pabrik semen.
Gus Mus berharap polemik pendirian pabrik semen di Rembang segera selesai. Jika elite politik dan bisnis mengadu-domba masyarakat maka kasihan kalangan bawah. “Rakyat yang jadi korban,” kata dia.
Hingga kini, pemerintah belum memberi kepastian melanjutkan pendirian pabrik semen di Rembang atau tidak. Sebab, Mahkamah Agung mencabut izin pendirian pabrik. Padahal, pabrik itu sudah selesai dibangun.
ROFIUDDIN