TEMPO.CO, Mataram - Untuk menepis kesalah tafsiran uang baru yang diisukan bergambar palu arit, warnanya meniru uang Cina, dicetak oleh perusahaan non-Peruri, dan yang memasalahkan gambar Cut Meutia tanpa jilbab, selama sepekan ini Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat (KPw BI NTB) melakukan sosialisasi keliling antar lembaga agama, akademisi-sekolah dan penegak hukum.
Mulai Selasa, 10 Januari 2017, dilakukan pertemuan dengan pengurus Majelis Ulama Indonesia yang dua hari berselang kemudian dipertemukan dengan organisasi keagamaan lainnya seperti Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Wathan, Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia, dan pondok pesantren yang ada di Lombok.
Baca juga:
Soal Palu-Arit di Uang Baru, Ini Langkah Menteri Sri Mulyani
Rupiah Baru Disebut Mirip Yuan, Ini Klarifikasi BI
Kepala KPw BI NTB Prijono mengatakan bahwa yang diramaikan itu tidak benar dan mengkawatirkan. Menurutnya, semua yang dibuat itu ada dasarnya. 'Bahkan tanda-tanda yang ada di uang itu sudah ada pada uang yang diterbitkan sebelumnya. ''Jangan terprovokasi isu dan ikut menyebarluaskan,'' kata Prijono, Jum'at 13 Januari 2017 sore.
Untuk memenuhi amanat UU Mata Uang, Bank Indonesia mengeluarkan tujuh pecahan uang Rupiah kertas Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, Rp1.000 dan empat pecahan uang Rupiah logam Rp1.000, Rp500, Rp200, Rp100 Tahun Emisi 2016, yang mulai berlaku sebagai alat pembayaran yang sah pada 19 Desember 2016.
Sampai 10 Januari 2017 lalu, sejak diedarkan di NTB 20 Desember 2017, KPw BI NTB sudah menyalurkan Rp 8,3 miliar uang baru yang terbanyak pecahan kertas Rp 50.000 sebanyak Rp 4,975 miliar, pecahan Rp 100.000 sebanyak Rp 1,37 miliar dan pecahan Rp 10.000 sebanyak Rp 1,13 miliar selebihnya terbagai hingga uang logam.
Adanya penafsiran gambar palu arit tersebut, tidak sedikit yang menimbulkan penolakan pedagang. Menurut seorang warga di Mataram, Larasati - bukan nama sebenarnya, anaknya tidak mau diberikan uang baru untuk bekal sekolah. ''Katanya minta uang lama saja. Uang baru tidak laku karena tidak boleh,'' ujar Larasati.
Mengenai dugaan gambar palu arit di balik logo BI, Prijono mengatakan sama sekali tidak benar dibuat sebagai simbol terlarang. ''Tidak benar dibuat untuk menyerupai palu arit,'' ujarnya.
Dalam rangka mencegah dan menanggulangi peredaran uang Rupiah palsu di masyarakat, BI mengeluarkan uang Rupiah Tahun Emisi (TE) 2016 dengan memperkuat unsur pengaman mulai dari color shifing, rainbow feature, latent image, ultra violet feature, blind code/tactile effect dan rectoverso. ''Penguatan unsur pengaman pada uang Rupiah TE 2016 dilakukan untuk meminimalisasi tingkat pemalsuan uang,'' ujarnya.
Dikatakan bahwa penerbitan uang Rupiah TE 2016 dilakukan dalam satu seri untuk mempermudah komunikasi kepada masyarakat. Penyeragaman desain uang Rupiah dengan menampilkan gambar yang dapat mewakili seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke, yaitu bagian depan: gambar pahlawan nasional yang mewakili seluruh wilayah Tanah Air. Bagian belakang (hanya uang kertas): Gambar tarian dan keindahan alam Nusantara.
Penguatan unsur pengaman pada uang, dalam rangka mitigasi risiko pemalsuan uang serta untuk memudahkan masyarakat dalam mengenali ciri-ciri keaslian uang Rupiah. Penyempurnaan fitur kode tuna netra (blind code), dalam rangka memenuhi amanat UU No. 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas dan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas terhadap uang Rupiah bagi penyandang tuna netra khususnya untuk mempermudah identifikasi.
Pencantuman gambar pahlawan di dalam uang Rupiah TE 2016 merupakan amanat UU No. 7 Tahun 2011, dan merupakan bentuk penghormatan kepada para pahlawan yang telah mempertahankan dan mengukuhkan NKRI.
Dalam penentuan mengenai pahlawan yang dimuat dalam uang Rupiah, Bank Indonesia telah berkonsultasi dengan Pemerintah baik pusat maupun daerah, sejarawan, akademisi, serta tokoh masyarakat.
Terdapat beberapa kriteria pemilihan gambar pahlawan, yaitu belum pernah digunakan dalam uang Rupiah (kecuali proklamator), keterwakilan daerah, keterwakilan gender, dapat diterima oleh seluruh pihak (tidak menimbulkan kontroversi).
Semua gambar pahlawan nasional yang dicantumkan pada uang Rupiah kertas dan logam diperoleh dari instansi yang berwenang menatausahakan pahlawan nasional dan telah disetujui oleh ahli waris pahlawan nasional. ''Kalau foto Cut Meutia yang tanpa penutup kepala itu kan aslinya pada waktu itu,'' kata Prijono.
SUPRIYANTHO KHAFID