TEMPO.CO, Semarang - Pakar transportasi dan angkutan jalan raya, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno berpendapat, jalan Tol Semarang-Batang yang tengah dalam proses pembangunan tak akan mampu mengurangi minat publik menggunakan kereta api, meskipun mampu mengurangi durasi waktu perjalanan darat.
“Awal-awal jadi nanti banyak yang ingin mencoba, namanya juga barang baru tapi lama-lama juga ditinggalkan pengguna,” kata Djoko Setijowarno, Rabu 11 Januari 2017.
Djoko memperkirakan, keberadaan Tol Semarang-Batang yang langsung menyambung dengan tol Pemalang Pejagan, Kanci, dan Cikampek, hanya mampu mengurangi minat pengguna kereta di awal-awal pengoperasiannya. Namun ia memperkirakan dalam waktu lama pengguna angkutan darat akan bosan karena terjebak macet saat masuk Jakarta. “Di Cikampek tetap macet pada jam-jam tertentu seperti jam 7 hingga jam 9 pagi,” Djoko memberi contoh.
Baca juga:
Latih FPI Dandim Dicopot, Panglima TNI: Dia Langgar Prosedur
Ahok Bakal Gugat Irena Handono dan Saksi Lainnya
Hal itulah yang dinilai menjadi penghambat perjalanan darat dari Semarang tujuan Jakarta. Ia menyebut kecenderungan penurunan pengguna angkutan kereta sempat terjadi di Cirebon dengan munculnya tol Cipularang. Pada awal beroperasi jalan bebas hambatan itu pengguna angkutan kereta dari Cirebon ke Jakarta dan sebaliknya sempat turun hingga 30 persen. Namun hal itu perlahan kembali naik karena hambatan saat masuk ke Jakarta dari Cikampek yang macet.
Alasan lain publik bertahan di moda kereta api, kata Djoko, karena angkutan tersebut langsung berhenti di tengah kota. Selain itu, jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api lebih tepat waktu kecuali ada hambatan musibah dalam perjalanan. “Tingkat kenyamanan naik kereta sekarang lebih baik,” katanya.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operaisonal 4 Semarang, Edy Kuswoyo, yakin keberadaan jalan tol tak mampu mengalahkan minat publik menggunakan moda angkutan yang ia kelola. “Kami akan memberikan pelayanan terbaik dari tahun sebelumnya agar publik tak berpaling,” kata Edy.
EDI FAISOL