TEMPO.CO, Jakarta - Para petani di Desa Dadapan, Tenggulun, Payaman, Tebluru, dan Banyubang, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, panen cabai rawit. Luas area tanaman cabai yang dipanen lebih dari 850 hektare. Tanaman cabai juga tersebar di persawahan di Kecamatan Brondong dan Kecamatan Babat.
Hasil panen mereka diserbu para tengkulak. Para pedagang dan juga tengkulak berasal dari daerah sekitar Lamongan, seperti dari Bojonegoro, Tuban, dan sebagian dari Gresik. Mereka berharap langsung membeli cabai dari petani. “Kami ke Solokuro,” kata Samuri, 48 tahun, pedagang asal Bojonegoro, kepada Tempo, Selasa, 10 Desember 2017.
Dalam beberapa hari ini, lelaki asal Bojonegoro itu rajin pulang-pergi ke Kecamatan Solokuro. “Pedagang dari daerah lain juga membeli langsung dari petani,” ujarnya.
Di sejumlah pasar besar Lamongan, Bojonegoro, dan Tuban, harga cabai, terutama rawit, masih cukup tinggi, yaitu di kisaran Rp 90 ribu per kilogram atau turun dari sebelumnya Rp 100-105 ribu per kilogram.
Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Lamongan Sugeng Widodo mengakui harga cabai di daerahnya masih relatif tinggi. “Musim panen cabai di beberapa kecamatan diharapkan bisa menurunkan harga,” tuturnya kepada Tempo, Selasa, 10 Januari 2017.
Bapedda mencatat, selama 2016, luas tanaman cabai yang dipanen di Lamongan mencapai 3.555 hektare. Sedangkan angka produksi mencapai 37.240 kuintal. Sedangkan pada 2015, luas panen padi mencapai 3.550 hektare dengan produksi sebesar 43.699 kuintal.
SUJATMIKO