TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga Wiji Thukul mengundang Presiden Joko Widodo menonton film Istirahatlah Kata-Kata. Film ini berkisah tentang kehidupan aktivis-penyair Wiji Thukul yang menjadi korban penculikan pada akhir masa rezim Orde Baru.
"Saya berharap Presiden Jokowi bisa menonton film ini karena saya tahu Jokowi adalah pengagum karya bapak saya," kata putri Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani, Minggu, 8 Januari 2017, di Kedai Tjikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Baca:
Unik, Jokowi Kunjungan Kerja Pakai Jas, Dasi, dan Sarung
INVESTIGASI: Budak Indonesia di Kapal Taiwan
Menurut Fitri, Jokowi menyukai puisi-puisi kakaknya. Saat bertemu adik Wiji Thukul, Wahyu Susilo, pada April 2014, Jokowi mengatakan salah satu puisi Wiji yang menjadi favoritnya adalah Peringatan.
Saat menjadi Wali Kota Solo, Jokowi juga pernah berkunjung ke rumah Sipon, istri Wiji Thukul, di Solo. Sementara dengan Fitri, Jokowi bertemu saat masa kampanye pemilihan presiden 2014 dan Hari HAM 2014. Di dua kesempatan tersebut, Fitri meminta agar Jokowi bisa menemukan ayahnya.
Undangan kepada Jokowi untuk nonton bareng akan disampaikan ke Istana pada Selasa, 10 Januari 2017. Fitri berharap film yang akan tayang mulai 19 Januari ini akan ditonton banyak orang.
Melalui film ini, masyarakat diharapkan bisa melihat sejarah pada akhir masa kekuasaan rezim Orde Baru. Saat itu, kekuasaan otoriter membungkam para aktivis prodemokrasi dengan penghilangan paksa.
Film ini diharapkan menjadi media untuk melawan lupa atas kasus pelanggaran HAM masa lalu, termasuk kasus penculikan aktivis. "Melalui film ini, kami ingin mengajak penonton melawan lupa atas kasus yang terjadi pada masa lalu," ujar Fitri. Negara pun diharapkan bisa menyelesaikan kasus tersebut.
Istirahatlah Kata-Kata disutradarai Yosep Anggi Noen. Film ini berkisah tentang sepenggal kehidupan Wiji Thukul saat harus bersembunyi dari kejaran polisi dan tentara. Film diawali saat meletusnya kasus 27 Juli 1996 ketika Wiji Thukul melarikan diri ke Pontianak.
Momen ini dipilih Anggi karena masa-masa itu dianggap sebagai periode paling kompleks bagi Wiji. "Periode ini paling emosional karena Wiji harus jauh dari keluarganya, di Pontianak. Dia juga hidup dengan orang-orang baru," tutur Anggi. Hingga kini, keberadaan Wiji Thukul tidak diketahui rimbanya.
AMIRULLAH
Baca juga:
3 Indikasi Ada Penyokong Dana Penulis Jokowi Undercover
Penjelasan TNI Soal Latihan Bela Negara dengan Anggota FPI