TEMPO.CO, Mataram - Kepala Stasiun Meteorologi Bandar Udara Sultan M. Salahuddin Bima, Daryatno, meminta pemerintah dan warga Bima tetap waspada terhadap banjir susulan. Menurut dia, berdasarkan pengamatan angin dan pola tekanan di selatan Nusa Tenggara dan sekitar Darwin, Australia, masih ada potensi hujan deras di Bima hingga tiga bulan mendatang. “Ada kecenderungan potensi tumbuh siklon tropis. Pola ini secara fluktuatif akan bertahan dan berlangsung sekitar tiga bulan,” ucapnya, Rabu, 4 Januari 2017.
Senin lalu, Bima kembali diterjang banjir. Banjir merendam empat desa di dua kecamatan. Seorang warga tewas akibat terseret arus. Sebelumnya, banjir bandang dua kali menerjang Bima. Pertama, pada 21 Desember lalu, kemudian pada 23 Desember. Saat itu, banjir merendam puluhan desa di lima kecamatan. Jumlah pengungsi sempat mencapai 105 ribu orang. Sejak 22 Desember lalu, pemerintah menetapkan status tanggap darurat di Bima, yang rencananya bakal berakhir hari ini.
Namun, hingga kemarin, kondisi penanganan tanggap darurat yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat mencapai sekitar 65 persen. “Masih ada empat titik lokasi pengungsian. Juga ada siswa sekolah yang belum mulai belajar,” kata Kepala Pelaksana BPBD Nusa Tenggara Barat Muhammad Rum, Rabu.
Menurut Rum, pembersihan lingkungan yang terkena dampak banjir mencapai 65 persen. Adapun pembersihan sekolah sudah hampir selesai seluruhnya. Ruang-ruang kelas, tutur dia, sudah bisa dipakai. Meski demikian, masih ada sekolah yang kondisi halamannya terlihat basah.
Jumlah pengungsi saat ini tercatat mencapai 979 orang dan tersebar di empat titik pengungsian. Bantuan logistik bagi para pengungsi terus berjalan. Saat ini, stok logistik untuk pengungsi di posko induk dinyatakan cukup dan aman.
Kemarin, Wali Kota Mataram Ahyar Abduh menyerahkan bantuan bagi korban pengungsi ke Wali Kota Bima M. Qurais H. Abidin. Pemerintah Kota Mataram mengirim tiga truk bantuan berisi bahan pokok, pakaian, serta selimut untuk dibagikan kepada warga yang terkena dampak banjir.
SUPRIYANTHO KHAFID