TEMPO.CO, Surabaya - Nahdlatul Ulama Surabaya menganjurkan masyarakat memperbanyak literasi informasi yang memiliki kredibilitas dalam menghadapi berita-berita bohong yang kerap beredar di media sosial.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Surabaya Achmad Muhibbin Zuhri mengatakan perkembangan media sosial yang tumbuh pesat kini menjadi sumber informasi masyarakat. Namun sayangnya, masyarakat belum memiliki kemampuan menyerap informasi yang valid, mengetahui ciri-ciri berita hoax, dan konsekuensi penyebarannya.
"Itu yang belum dipahami orang, akhirnya hoax menjadi viral," kata Muhibbin saat dihubungi, Rabu, 4 Januari 2017. Menurut dia, masyarakat perlu mendapat advokasi agar melek media sosial dan terhindar dari berita bohong.
Baca juga:
Ujaran Kebencian Dianggap Lebih Penting dari Penodaan Agama
Penyebab Berita Hoax Beredar: Masyarakat Kurang Banyak Baca
Untuk itu, Muhibbin melanjutkan, tokoh-tokoh masyarakat, ulama, dan politikus perlu dilibatkan. Masyarakat Indonesia, menurut dia, cenderung mengikuti patron-patron tersebut. Apabila para tokoh itu menyebar hoax, otomatis masyarakat mengikuti. Demikian pula sebaliknya. Itu sebabnya, para tokoh tersebut mesti dirangkul agar masyarakat terhindar dari berita bohong.
Dari sisi internal, Muhibbin mengatakan NU Surabaya memagari media-media informasinya dari berita-berita semacam itu. Diskusi-diskusi internal di kalangan kader-kader anak muda juga kerap dilakukan, yakni tiap Selasa.
"Kami memperbanyak tabayun, artinya mengklarifikasi informasi," ucapnya. Dia menambahkan, NU Surabaya satu arah dengan pengurus NU pusat yang membentuk satuan tugas untuk mengadvokasi masyarakat agar terhindar dari berita hoax. NU, Muhibbin berujar, juga membuka diri untuk berkomunikasi dengan pihak mana pun yang berniat “memerangi” berita bohong. "Agar berdampak signifikan."
Sementara itu, pada lain kesempatan, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia akan menyelenggarakan gerakan anti-berita hoax di tujuh kota secara serentak pada 8 Januari 2017. Ketujuh kota itu adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, Solo, Yogyakarta, Semarang, dan Wonosobo. Di Surabaya, acara aksi Turn Back Hoax diadakan di Taman Bungkul pukul 06.00-09.00. Dalam acara tersebut juga akan disebarkan survei terkait media sosial, leaflet, penampilan pertunjukan akustik, dan stan foto.
Septiaji Eko Nugroho, pendiri dan Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia mengatakan dalam acara tersebut akan ada booth, back drop, dan aksi tanda tangan mendukung deklarasi anti-berita bohong. "Kami ingin tidak ada saling hujat di media sosial," ujarnya.
Dalam kegiatannya memberi edukasi kepada masyarakat, Aji, sapaan akrabnya, mengaku kerap difitnah sebagai orang bayaran, pengkhianat agama, dan pendukung calon gubernur tertentu. Aji menegaskan tuduhan itu tidak benar. Menurut dia, gerakan yang dilakukannya adalah independen. "Selama itu tidak membahayakan hidup saya, saya biarkan saja," katanya.
Aji menambahkan, orang-orang yang tergabung sebagai relawan dituntut bersikap netral. Dalam pembahasan internal pun, Aji menuntut materi itu adalah fakta, bukan opini. "Kami tak segan mengeluarkan orang yang tak bisa netral."
NIEKE INDRIETTA