TEMPO.CO, Bandung—Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Kadarsah Suryadi, mengatakan, pengelola bersiap membangun tiga technopark di lahan hibah bakal kampus barunya seluas 30 hektare di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
“Kami ingin, tahun 2018 sudah mulai dibangun,” katanya selepas menghadiri penandatanganan kerjasama penggunaan tanah hibah itu di Gedung Sate, Bandung, Jumat, 30 Desember 2016.
Kadarsah mengatakan, kampus Cirebon menjadi kampus ketiga di luar domisili, yang dikeola ITB. Sebelumnya terdapat dua kampus di Jatinangor di atas lahan Universitas Widanya Mukti milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang diserahkan kepada Kementerian Riset dan Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
“Tahun ini, kami telah buka tiga program studi di Cirebon, sudah ada mahasiswanya yang sementara kami titipkan dulu di Jatinangor,” kata dia.
Kampus ITB di Cirebon itu bakal dibangun di atas lahan seluas 30 hektare hasil hibah pemerintah Kabupaten Cirebon pada Kementerian Riset dan Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk dipergunakan oleh ITB.
Tiga program studi yang sudah dibuka itu adalah Teknik Industri, Perencanaan Wilayah Kota, dan Kriya. “Di Cirebon sebentar lagi ada bandar udara, di dekat itu nanti ada pelabuhan Patimban, akses kereta api dan ajalan tol. Semua moda ada. Kita perlu perencanaan wilayah kota yang bagus, kita perlu SDM perencanaan, makanya kita buka prodi ini,” kata Kadarsah.
Kadarsah mengatakan tiga technopark itu akan melengkapi kompleks kampus yang rencananya akan dibuka hingga 20 program studi bertahap. Penambahan program studi itu akan mulai dilakukan bertahap setelah empat tahun kampus ITB di Cirebon berjalan.
“Tiga prodi ini kami jalankan empat tahun dulu, ini harus satu siklus. Setelah jadi modelnya, yang lain gampang nambahnya karena kami ingin jaga kualitasnya,” kata dia.
Menurut Kadarsah, masing-masing technopark akan dibangun bekerjasama dengan lembaga berbeda. Tehcnopark pertama mengembangkankan New Academic Reaserch Cluster, program bersama Jepang-Indonesia yang sudah dirintis lama dan awalnya diproyeksikan dibangun di Bekasi. "NARC ini akan bergerak di bidang bioenergi dan parmaceutical,” ujarnya.
Technopark kedua bekerjasama dengan Korean Institute of Ocean Science and Technology untuk penelitian bidang kelautan dan oseanografi. “Korean Institute of Ocean Science and Technology punya satelit pemantauan laut, kita akan tampilkan kepanjangan satelit itu di Cirebon untuk praktikum oseanografi dan kelautan,” kata Kadarsah.
Terakhir, Technopark untuk pusat riset dan pengembangan atau R&D bidang obat-obatan bekerjasama dengan Dawong, perusahaan farmasi Korea. Kadarsah mengatakan, kerjasama dengan Dawong itu yang paling siap.
Kadarsah mengatakan, pembangunan fisik tiga technopark itu bisa dilakukan kapan saja, asalkan lahan sudah siap. Tapi, ITB menundanya menunggu masterplan pengembangan kampus Cirebon, yang tengah disusun tuntas.
“Masterplan yang sedang digarap kawan-kawan ini, akan meniru Cannes, kota di selatan Prancis yang mirip Cirebon. Ada laut, ada tehcnopark, dan berbagai bangunan pendidikan berhadapan dengan laut, mengubah yang tidak indah jadi indah. Pesan ke tim masterplan, ini harus menjadi daya tarik baru orang ke Cirebon,” katanya.
Dia mengklaim persaingan mahasiswa angkatan pertama di 3 prodi di kampus ITB Cirebon tahun ini jauh lebih ketat dari persaingan di kampus utamanya di Jalan Ganesha, Bandung. Total ada sembilan ribu pendaftar, dan hanya 95 kursi yang dibuka untuk tiga prodi itu. “Rekruitmen di kampus Cirebon itu 1:150 orang, kalau di kampus Ganesha itu 1:30,” ujar Kadarsah.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan naskah MoU yang diteken bersama pemerintah Kabupaten Cirebon, dan Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi untuk pengembangan kampus Cirebon.
“Kerjasama ini untuk dukungan secara keseluruhan, ada tanah, pendanaan, pengelolaan,dan sebagainya, tapi pemilik lahan dan kampusnya adalah pemerintah pusat. Kita ingin memajukan SDM Jawa Barat dan Cirebon,” kata dia selepas penandatanganan itu di Gedung Sate, Bandung, Jumat, 30 Desember 2016.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan mengatakan, kampus tiga Cirebon merupakan rintisan pemerintah Jawa Bara, yang meminta penambahan perguruan tinggi berkualitas di Jawa Barat pada pemerintah pusat, saat Menteri Pendidikan masih dijabat M Nuh.
Permintaan itu dikabulkan dengan syarat asal ada lahannya. Pemerintah Kabupaten Cirebon menyambar peluang itu dengan memberikan hibah lahan tersebut di lokasi Eks Asrama Haji Kabupaten Cirebon di Jalan Fatahilah, Kecamatan Sumber. “Tahun 2019 kita harapkan sudah pindah ke kampus permanen ini,” kata dia.
Menurut Aher, pemerintah Jawa Barat meminta imbalan dari pemberian hibah dan komitmen membantu pengembangan kampus itu, dengan meminta kuota khusus bagi warga Jawa Barat yang hendak kuliah di kampus Cirebon untuk mendongkrak kualitas SDM dan angka partisipasi kasar perguraun tinggi di wilayahnya.
ITB membolehkan asal memenuhi standarnya. “ITB enggak mau menurunkan standar. Kalaupun ada kuota bagi warga Jawa Barat, tapi harus masuk dalam range penilaian ITB, katakanlah kuota sekian, yang masuk kurang dari itu, ya sudah tidak bisa dipaksa. Jadi tidak asal penuh,” kata dia.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset dan Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Intan Ahmad mengatakan, kampus di luar domisili ini dirintis lama. Selain ITB, kampus lainnya adalah IPB dan Universitas Padjadjaran yang membangun kampus di luar domisili di Jawa Barat.
“Kementerian melihat ini sesuatu yang luar biasa, kami akan sampaikan ke pemerintah proivnsi lainnya, kerjasama dengan perguruan tinggi bisa berjalan baik sekali, contohnya Jawa Barat,” kata dia, Jumat, 30 Desember 2016.
AHMAD FIKRI