TEMPO.CO, Kendari - Sebanyak 17 pekerja asing asal Cina dari Indonesia Morowali Industry Park (IMIP) yang bekerja di perusahaan pertambangan Bintang Delapan Mineral (BDM), Morowali, Sulawesi Tengah, dicegat sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kendari, Selasa, 27 Desember 2016.
Dalam insiden pencegatan di Jalan Made Sabara, Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia, Kota Kendari itu, kaca mobil pengangkut tenaga kerja asing hancur. Kejadian bermula ketika belasan karyawan asing yang baru tiba di Bandara Haluoleo itu akan menuju tempat peristirahatan sementara perusahaan di Kelurahan Kasilampe, sekitar pukul 11.00 WITA.
Dalam perjalanan itulah, kendaraan yang mereka tumpangi tiba-tiba dihentikan di tengah jalan oleh mahasiswa. Beruntung, polisi sigap mengamankan situasi dengan membubarkan paksa puluhan mahasiswa tersebut.
Para pekerja asing itu pun langsung diamankan aparat Kepolisian Sektor Kendari. Dengan tiga unit mobil pribadi, mereka dibawa ke kantor Imigrasi kelas II A Kendari untuk menghindari amukan massa.
“Dicegat, ada perusakan. Makanya nanti kami periksa saksi-saksi, kami kumpulkan data, kami amankan barang bukti. Ada juga video-video yang kami dapatkan, nanti akan kami panggil yang terlibat dalam aksi perusakan tersebut," kata Kepala Bagian Operasi Polres Kendari Komisaris Robby T. Manusiwa.
Perwakilan perusahaan, Muhammad As’ad, menyesalkan insiden tersebut. Pasalnya, pencegatan yang berujung perusakan sudah kali kedua terjadi setelah 20 Desember 2016. Alasan pencegatan, kata dia, karena perusahaannya dituding mempekerjakan karyawan ilegal.
“Saya tegaskan, tidak mungkin perusahaan mempekerjakan karyawan ilegal. Silakan cek semua semua dokumennya,” ujar As’ad kepada Tempo.
Dalam insiden pencegatan itu, puluhan mahasiswa datang mengendarai angkutan kota menuju kawasan Jalan Made Sabara. Mereka menuding puluhan tenaga pekerja tambang yang setiap harinya melintasi wilayah Sulawesi Tenggara tersebut ilegal.
“Kami hanya mau cek dokumen mereka jangan sampai ilegal. Kalau memang mereka resmi, ya seharusnya jangan takut memperlihatkan wajah serta dokumen,” ujar salah satu mahasiswa yang ikut dalam pencegatan.
ROSNIAWANTY FIKRI