TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar menyatakan pencegahan aksi terorisme sekarang ini semakin menantang dibanding sebelum-sebelumnya. Sebab, model operasi teroris terus berkembang, misalnya dalam hal memilih tempat persembunyian.
"Teroris yang kemarin tertangkap di Purwakarta ternyata bersembunyi di keramba. Siapa yang menduga," ucap Boy di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Selasa, 27 Desember 2016.
Teroris yang dimaksud Boy adalah empat teroris yang berhasil dicegah aksinya pada Ahad, 25 Desember 2016. Mereka diketahui hendak menyiapkan aksi penyerangan ke pos polisi Bunder, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, pada malam tahun baru. Empat orang itu adalah Ivan, Rijal, Abu Sofi, dan Abu Faiz.
Boy mengatakan, pada aksi-aksi sebelumnya, teroris lebih memilih rumah kos-kosan atau kontrakan sebagai tempat yang aman untuk mempersiapkan aksinya. Sekarang teroris memilih lokasi yang sulit ditelusuri, seperti keramba.
"Tapi kami bersyukur bisa mencegah rencana aksi mereka," ujar Boy. Dia yakin masih banyak tempat persembunyian aman terpencil lain yang belum berhasil diungkap kepolisian.
Menurut Boy, bentuk komunikasi teroris terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Pada era sekarang saat Internet mudah didapat dan telepon genggam mudah dibeli, teroris secara rutin mengganti akun sosial media, nomor telepon, dan telepon genggam untuk berkomunikasi dengan rekan "seprofesi".
"Setiap saat bisa berganti. Kami harus terus mencermati (agar tidak lolos)," tutur Boy.
Regenerasi teroris yang mulai menyasar anak-anak dan perempuan, kata Boy, juga merupakan perkembangan baru dalam operasi terorisme saat ini. Menurut dia, pelaku teror sekarang kerap mengajak keluarganya ke daerah konflik. Di sana, perempuan dan anak-anak dibiarkan berkembang di lingkungan radikal, sehingga nantinya berpotensi bergabung ke kelompok-kelompok terorisme.
Selain itu, situasi di negara teroris berada membuat pencegahan aksi semakin sulit. Kebanyakan teroris berada di wilayah konflik, seperti teroris Bahrun Naim yang berada di Aleppo, Suriah. Negara yang berkonflik, ujar Boy, sulit diajak bekerja sama dalam hal intelijen.
"Tidak mudah berkoordinasi dengan pemerintah yang negaranya seperti itu. Tapi mau-enggak mau tetap harus diupayakan. Kalau dibiarkan, teroris di sana akan terus menginstruksikan jaringannya melakukan aksi di Indonesia," tutur Boy.
ISTMAN M. P.
Baca juga:
BREAKING NEWS: La Nyalla Bebas
Sidang Ahok, Ibu-ibu Berseragam Pink Ramaikan Pengadilan