TEMPO.CO, Pekanbaru - Tomi Gunawan, 18 tahun, seorang warga negara Indonesia yang dideportasi dari Suriah, dikenal baik oleh lingkungan sekitar perumahan di Kecamatan Tampan, Panam, Pekanbaru. Aminah, tetangga Tomi, mengatakan anak itu relatif sama dengan kebanyakan teman sebayanya.
"Dia hanya anak kecil yang suka main-main bola di halaman sama anak seusianya di sini," kata Aminah, menceritakan tentang Tomi yang dia ketahui. Aminah mengaku lama tak bertemu Tomi. Aminah mendengar kabar, Tomi sudah beberapa tahun belakangan bersekolah di Jawa. "Katanya, dia sekolah di Jawa."
Tomi merupakan satu dari tiga warga Indonesia yang ditangkap di Suriah pada 5 Desember 2016. Warga Pekanbaru, Riau, ini ditangkap bersama dua WNI lainnya, kemudian dideportasi melalui Bandara Istanbul, Turki, Sabtu, 24 Desember 2016. Mereka tiba di Terminal 2D kedatangan Bandara Soekarno-Hatta menggunakan pesawat Turkish Airlines TK 56 sekitar pukul 17.40 WIB. Pemuda kelahiran Pekanbaru 20 Juli 1998 diketahui tinggal di Kecamatan Tampan, Pekanbaru.
Tempo sempat mendatangi kediaman orang tua Tomi. Rumah bercat abu-abu dua lantai itu cukup besar dibanding rumah lain di kawasan itu. Ayah Tomi, Syafwardi, sempat keluar rumah menemui Tempo. Namun ia enggan komentar banyak soal anaknya yang saat ini diamankan polisi. Syafwardi tidak mau bicara soal kabar Tomi dideportasi dari Suriah.
Ia mengakui Tomi adalah anaknya yang saat ini bersekolah di Jawa. Tidak dijelaskan secara rinci di tempat pendidikan mana Tomi menuntut ilmu. "Saya sudah berikan keterangan ke polisi, semua sudah lengkap di sana, silakan wawancara polisi saja," kata dia bergegas masuk rumah.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Pekanbaru Komisaris Bimo Aryanto mengaku belum mengetahui laporan dari orang tua Tomi ke polisi. "Saya coba cek dulu ke bagian Intel," kata dia.
Dua WNI lainnya, yakni Jang Johana, 25 tahun, dan Irfan, 21 tahun. Jang Johana tinggal di Desa Tagogapu, Bandung Barat. Pendidikan terakhirnya juga SMA. Dia dilaporkan pernah bekerja di perusahaan furnitur di Karawang. Sedangkan Irfan tinggal di Jakarta Utara. Pendidikan terakhirnya adalah sekolah dasar dan disebut sebagai pedagang burung.
RIYAN NOFITRA