TEMPO.CO, Bandung - Orang tua Jang Johana, 25 tahun, tidak pernah menyangka anaknya akan ikut berperang ke Suriah. "Dia hanya pamit ingin bekerja di Malaysia," kata Acih, 45 tahun, ibu kandung Jang, kepada Tempo, Selasa, 27 Desember 2016.
Jang tercatat sebagai warga Kampung Harjamandiri, Desa Tagog Apu, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Saat pamit, ucap Acih, anak kedua dari tujuh bersaudara itu mengaku mau bekerja sebagai pedagang atau buruh bangunan di Malaysia. "Dalam hati saya juga sempat bergumam saat itu, ngapain jauh-jauh kerja bangunan di Malaysia," tutur Acih.
Ia baru tahu cerita sebenarnya saat Jang bersama dua warga negara Indonesia lain, Tomi dan Irfan, dideportasi dari Bandar Udara Istanbul, Turki. Mereka di sana mengatakan akan bergabung dalam perang di Suriah. Ketiganya tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu, 24 Desember 2016, dan langsung memenuhi pemeriksaan polisi.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI Brigadir Jenderal Rikwanto mengatakan kepolisian masih menelusuri siapa yang merekrut dan mengirim tiga warga negara Indonesia itu ke Suriah. "Kami lagi tanya, kami dalami siapa yang merekrutnya," ucap Rikwanto di kantornya, Jakarta Selatan, Senin, 26 Desember 2016.
Acih mengaku kaget saat mendapatkan kabar dari Kepolisian Resor Cimahi perihal anaknya itu. Selama di rumah, ia tidak pernah melihat Jang berlaku aneh. Sikap Jang, ujar dia, biasa saja sebelum meninggalkan rumah pada 26 September 2016. "Tidak ada yang berubah," tuturnya.
Menurut Acih, anaknya menganggur dan lebih banyak diam di rumah setelah pada April lalu mengundurkan diri dari pekerjaannya di perusahaan mebel di Karawang.
PUTRA PRIMA PERDANA