TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan timnya saat ini fokus pada pemberian pangan bagi korban musibah banjir bandang di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.
Prioritas timnya saat ini adalah pemberian pangan dengan gizi yang cukup. Akibat bencana banjir ini, semua alat masak dan perabot milik penduduk tidak bisa berfungsi dengan baik.
"Kondisi itu membuat kami akhirnya memberi pangan gizi yang siap disantap. Tidak bisa memberikan mi yang masih perlu diolah," kata Yurianto pada Ahad, 25 Desember 2016.
Yurianto mengatakan sudah meminta Pemerintah Kabupaten Dompu mengirimkan 6 ton paket gizi. Pemerintah pusat pun mengirimkan 10 ton paket gizi dari Jakarta melalui jalur darat yang sampai di Bima pada Ahad malam. "Paket gizi itu berisi makanan pendamping ASI, makanan tambahan ibu hamil, dan makanan anak," katanya.
Selain mempersiapkan paket gizi, pemerintah membuat 10 dapur umum di kawasan bencana. "Kami pun mengontrol gizi di dapur umum itu," tuturnya.
Untuk ketersediaan obat, Yurianto mengatakan, cadangan obat di Bima tidak bisa digunakan karena terendam air saat banjir, Jumat lalu. Namun obat-obatan pengganti untuk dua bulan ke depan sudah dikirim melalui udara.
Menurut Yurianto, 95 persen korban banjir Bima mengalami luka ringan sehingga hanya menjalani rawat jalan. Kebanyakan korban mengalami luka berupa kulit tergores atau sobek akibat terkena benda tajam saat terjadi banjir. "Hanya 15 orang yang menjalani rawat inap karena luka sobek yang dialami cukup parah," ucapnya.
Yurianto menambahkan, semua puskesmas sudah memberikan pelayanan setelah kejadian itu. Rumah Sakit Umum Daerah di Bima pun sempat terkena banjir hingga sebetis, tapi masih bisa beroperasi. "Yang lumpuh itu Rumah Sakit Muhammadiyah. Kegiatan pengobatan pun kami alihkan ke tenda di pos darurat," katanya.
MITRA TARIGAN
Baca juga:
Rizieq Shihab Dipolisikan PMKRI, Dituding Menistakan Agama
Terduga Teroris Purwakarta Buat Surat Wasiat 4 Alinea