TEMPO.CO, Jakarta – Keluarga terduga teroris yang tewas ditembak tim Detasemen Khusus 88 saat penggerebekan di Tangerang Selatan mendatangi Sentra Visum dan Medikolegal Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Minggu, 25 Desember 2016. Kedatangan mereka untuk dimintai keterangan dan diperiksa untuk data antemortem keluarganya yang meninggal.
”Keluarga saya Helmi,” kata Fahmi, salah seorang dari empat anggota keluarga yang mendatangi RS Polri hari ini. Fahmi belum bisa memberikan keterangan lainnya .Dia masih menunggu di Sentra Visum dan Medikolegal.
Tiga terduga teroris tewas pada saat penggerebekan di kontrakan mereka di Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Rabu, 21 Desember 2016. Kepala Bagian Mitra Biro Penerangan Masyarakat Polri Komisaris Besar Awi Setiyono mengatakan mereka ditembak karena berusaha melemparkan bom kepada petugas.
Ketiga orang itu adalah Omen alias Juhaiman, Helmi alias Hilmi alias Abu Afkar, dan Irwan alias Irawan.
Baca Juga: Usut Jaringannya, Polisi Periksa Intensif 4 Terduga Teroris
“Omen adalah mantan napi kasus pembunuhan, direkrut oleh napi teror, Ovi, kasus bom Kedubes Myanmar tahun 2013,” kata Awi di kantornya, di Jakarta Selatan, Rabu, 21 Desember.
Sedangkan Helmi alias Hilmi, 30 tahun, beralamat di Indihiang, Tasikmalaya. “Helmi penjual nasi bubur di Tasik,” ucap Awi.
Adapun Irwan alias Irawan, 33 tahun, berasal dari kampung Sindang Kerta, Cipatujah, Tasikmalaya. Pekerjaannya sopir pengangkut air minum.
Keberadaan mereka awalnya diungkap oleh Adam Noor Syam, terduga teroris yang ditangkap sekitar dua jam sebelum penggerebekan. Awi mengatakan Adam berhubungan dengan perencanaan bom di Bekasi, yakni Muhammad Nur Solihin, yang berkaitan dengan jaringan Bahrun Naim.
REZKI ALVIONITASARI