TEMPO.CO, Bima - Kepala Stasiun Meteorologi Bandar Udara Sultan Salahuddin Bima Darjono mengatakan, berdasarkan perkiraan secara umum, cuaca buruk di wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat, akan berlangsung cukup lama hingga tiga bulan. Ini terjadi jika ada tekanan rendah (badai tropis atau Tropical Cyclone Yvette) yang bergerak cepat di selatan Bali atau sekitar Darwin dan Australia Barat. Kondisi itu sebagai salah satu pemicu yang dominan.
Daryatno menjelaskan, pola arah angin dan kecepatan angin yang mencapai 3.000 feet bergerak menuju pusat tekanan rendah dan tekanan rendah di sekitar Darwin, Australia. Inilah yang kemudian memicu cuaca buruk karena adanya pusaran di selatan Pulau Bali, di mana terjadi belokan angin yang membawa masa udara basah. “Sehingga tumbuh dan terbentuk awan-awan convective atau awan Cumulonimbus yang menggumpal meluas di atas Bima,” kata Darjono kepada Tempo.
Bima pada Rabu kemarin dilanda banjir bandang. Sungai Padolo, Rabasalo, dan Nungga meluap akibat curah hujan tinggi. Banjir dengan ketinggian sekitar 1-2 meter merendam ribuan rumah di lima kecamatan. Sejumlah rumah dan mobil juga dilaporkan hanyut.
Baca: Begini Cuaca Ekstrem Saat Melanda Bima
Pada Jumat, 23 Desember 2016, banjir kembali datang menyusul hujan deras dan menyebabkan jembatan Penatoi, penghubung wilayah Raba dan Bima, terputus. Sedangkan jembatan Padolo, penghubung Kabupaten Bima dan Kota Bima, dipasangi police line karena retak. Listrik mengalami pemadaman kembali. Arah banjir tidak lagi datang dari Wawo, tapi juga dari arah Wera di utara.
Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan lembaganya sudah mengirim tim. Bima kekurangan obat dan paket gizi untuk bayi di bawah 5 tahun karena terendam banjir. “Bantuan dikirim dari Kabupaten Dompu,” ujarnya. “Masyarakat harus hati-hati terhadap penyakit pencernaan, kulit, dan pernapasan.”
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan belum semua korban banjir di Bima mendapatkan bantuan. Distribusi bantuan terhambat banjir susulan.
Baca Juga: Bagaimana Lima Jembatan di Bima Bisa Putus?
Kebutuhan mendesak yang diperlukan saat ini adalah makanan siap saji, air mineral, air bersih, pakaian, selimut, tenda, tikar, matras, pelayanan medis, dan obat-obatan. “Baru sebagian bantuan didistribusikan,” kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya.
Sutopo mengatakan BNPB sedang menyiapkan bantuan logistik untuk dikirim ke Bima. Ia mengatakan pengiriman akan dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan pesawat terbang dari Jakarta dan mengerahkan bantuan logistik dari Mataram.
Beberapa wilayah di Kota Bima masih terendam banjir pada Jumat, 23 Desember, sekitar pukul 18.00 Wita. Banjir terparah terjadi di Kecamatan Asa Kota dan Kecamatan Rasa Nae Barat. Ketinggian air di wilayah tersebut mencapai 1-1,5 meter.
Korban banjir mengungsi di beberapa tempat, seperti masjid dan bukit di Penaraga, Rite, Santi, Tambana, Dana Traha, Bukit Jatiwangi, Bukit Kosambo Mande, Soncotengge, Bukit Penatoi, dan Dorolonda.
VINDRY FLORENTIN | AKHYAR M. NUR | ARKHELAUS W.