TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan radikalisme dan terorisme adalah gejala global yang terjadi di banyak negara. Namun dia mengingatkan terorisme tidak hanya berkaitan dengan bom dan korban yang ditimbulkan, tapi penyebab terjadinya terorisme juga harus menjadi perhatian penting.
"Bicara radikalisme jangan hanya bicara bom ada di mana, sekian korbannya. Kita juga harus mengkaji kenapa itu terjadi," kata Kalla, Jumat, 23 Desember 2016, di kantor Wapres, Jakarta. Kalla mengatakan ini terkait dengan situasi keamanan di dalam negeri setelah Densus 88 menggagalkan plot bom bunuh diri beberapa hari lalu di Bekasi dan Serpong.
Menurut Kalla, lahirnya radikalisme dan terorisme dimulai dari negara-negara gagal yang diserbu negara asing. Contohnya, Al-Qaeda yang muncul di Afganistan atau ISIS yang muncul di Irak dan Suriah. Negara-negara tersebut hancur lebur oleh intervensi dan serbuan negara-negara asing.
Baca juga:
Jepang Pasang Tisu Khusus Ponsel di Toilet Bandara
Jokowi Bantah Ada 10 Juta Pekerja Cina di Indonesia
Situasi tersebut, Kalla melanjutkan, menimbulkan kemarahan dan sentimen negatif generasi muda dari negara itu di Eropa, Amerika, dan negara-negara lainnya. Kemarahan ini kemudian dilengkapi dengan ajaran-ajaran radikal yang menyimpang dari tuntutan agama. Contohnya, jika berhasil membunuh, akan masuk surga.
Namun batasan musuh dalam paham radikal itu pun terlalu luas. "Kami pun jadi musuh, kan," kata Kalla. Ini berakibat ada orang yang mau membunuh orang lain yang dianggap musuh untuk mendapat surga. "Dia membunuh untuk mendapat surga dengan mudah, jadi permainan surga ini."
Densus 88 Mabes Polri pada Rabu kemarin menggerebek terduga teroris di Desa Babakan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan. Tiga terduga teroris tewas tertembak dan seorang lainnya bernama Adam ditangkap dalam keadaan hidup.
Dalam penggerebekan itu, polisi menemukan sejumlah bom aktif. Beberapa hari sebelumnya, polisi menggagalkan plot bom bunuh diri dalam penggerebekan terduga teroris di Bekasi. Mereka berencana melakukan bom bunuh diri di Istana saat pergantian petugas jaga Pasukan Pengamanan Presiden.
AMIRULLAH