TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan tujuh terduga teroris yang ditangkap pada Rabu, 21 Desember 2016, berasal dari satu jaringan yang sama. Ketujuhnya berasal dari Jaringan Jemaah Ansharut Daulah (JAD) yang memiliki koneksi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah.
"Semua (yang ditangkap) 2016 adalah jaringan JAD. Semua terkait dengan satu jaringan, JAD, pimpinan Aman Abdurrahman, tapi intermediasinya Bahrun Naim, Bachrumsyah, dan Salim Mubarok," kata Tito di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu malam, 21 Desember 2016.
Menurut Tito, pola ini sama dengan jaringan teroris Jemaah Islamiyyah yang dipimpin Abu Bakar Ba'asyir yang memiliki koneksi dengan kelompok Al-Qaeda. Hambali menjadi penghubung dua jaringan ini. "Sekarang polanya sama. Ada ISIS, operatornya JAD dengan Aman Abdurrahman yang memiliki banyak sel," ucapnya.
Pada 21 Desember 2016, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh terduga teroris di beberapa lokasi. Tiga di antaranya tewas dalam penyergapan di Deli Serdang, Sumatera Utara; Payakumbuh, Sumatera Berat; dan Tangerang Selatan, Banten.
Dengan penangkapan ini, ujar Tito, 40 terduga teroris telah ditangkap pada 2016. "Ini akan kami tekan terus. Kami tidak akan berhenti. Saya perintahkan kembangkan terus sampai sel-sel kecil," tutur Tito.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengapresiasi kerja Densus 88 dalam menggagalkan rencana aksi teror menjelang hari natal dan tahun baru. Ia pun menyarankan berbagai organisasi kemasyarakatan, termasuk ormas Islam, mengamankan perayaan natal. "Ini sangat penting, bagaimana mewujudkan negara religius yang nasionalis," katanya.
ARKHELAUS W.